Kekhalifahan Abbasiyah: Zaman Keemasan yang Mengubah Wajah Dunia Islam

Kekhalifahan Abbasiyah: Zaman Keemasan yang Mengubah Wajah Dunia Islam
Sumber :
  • Image Creator Bing/Handoko

Jakarta, WISATA - Kekhalifahan Abbasiyah (750-1258 M) menandai salah satu periode paling berpengaruh dalam sejarah Islam, dikenal sebagai Zaman Keemasan Islam. Pada masa ini, dunia Islam mencapai puncak kejayaan dalam ilmu pengetahuan, seni, budaya, dan ekonomi. Kekhalifahan Abbasiyah tidak hanya berhasil mempertahankan wilayah yang luas, tetapi juga membawa perubahan mendalam dalam bidang ilmu pengetahuan yang memengaruhi seluruh dunia, termasuk Eropa. Kekhalifahan ini memainkan peran penting dalam membentuk wajah dunia Islam seperti yang kita kenal saat ini.

Bagaimana Filsuf Muslim Memadukan Kebijaksanaan Aristoteles dengan Nilai-Nilai Islam?

Awal Berdirinya Kekhalifahan Abbasiyah

Kekhalifahan Abbasiyah didirikan pada tahun 750 M setelah jatuhnya Kekhalifahan Umayyah. Dinasti Abbasiyah berasal dari keturunan paman Nabi Muhammad, Al-Abbas, yang menjadi dasar legitimasinya dalam merebut kekuasaan. Setelah menggulingkan Umayyah, Abbasiyah memindahkan ibu kota kekhalifahan ke Baghdad, sebuah kota baru yang didirikan pada tahun 762 M oleh Khalifah Al-Mansur.

Aristoteles dan Filsuf Muslim: Jembatan Pemikiran dari Yunani ke Dunia Islam

Baghdad, yang terletak di tepi Sungai Tigris, segera menjadi pusat kebudayaan dan ekonomi dunia Islam. Kota ini bukan hanya menjadi pusat politik kekhalifahan, tetapi juga menjadi pusat perdagangan dan pengetahuan internasional yang menarik para cendekiawan dari berbagai belahan dunia.

Zaman Keemasan: Masa Emas Ilmu Pengetahuan dan Seni

Ibnu Sina dan Aristoteles: Membangun Jembatan antara Logika Yunani dan Medis Islam

Salah satu ciri khas Kekhalifahan Abbasiyah adalah dukungan penuh terhadap ilmu pengetahuan dan seni. Pada abad ke-8 dan ke-9 M, Baghdad menjadi pusat dunia dalam bidang sains, filsafat, kedokteran, matematika, astronomi, dan seni. Pada masa inilah Baitul Hikmah (House of Wisdom) didirikan, sebuah lembaga yang berfungsi sebagai perpustakaan besar dan pusat penerjemahan teks-teks klasik Yunani, Persia, dan India ke dalam bahasa Arab.

Ilmuwan-ilmuwan Muslim seperti Al-Khwarizmi, Ibnu Sina, dan Al-Razi menghasilkan karya-karya penting dalam matematika, kedokteran, dan kimia yang masih dipelajari hingga saat ini. Karya Al-Khwarizmi, misalnya, menjadi dasar dari ilmu aljabar modern. Di sisi lain, Ibnu Sina, yang dikenal sebagai Avicenna di Barat, menulis buku "Al-Qanun fi al-Tibb" yang menjadi referensi utama dalam kedokteran selama berabad-abad.

Halaman Selanjutnya
img_title