Inilah Kritik yang Ditujukan Terhadap Upaya untuk Menggabungkan Filsafat dan Agama

Aristoteles dan Al Ghazali (ilustrasi)
Sumber :
  • Image Creator Bing/Handoko

Jakarta, WISATA – Upaya untuk menyelaraskan filsafat dan agama bukanlah hal baru. Sejak zaman kuno hingga era modern, diskusi tentang hubungan antara akal dan wahyu terus menarik perhatian. Namun, usaha untuk menyatukan dua ranah ini juga tidak lepas dari kritik yang cukup tajam, baik dari kalangan agamawan maupun filsuf.

Karya-Karya Filsuf Muslim yang Hingga Kini Masih Menjadi Rujukan Peradaban Barat

Mengapa Integrasi Filsafat dan Agama Menjadi Polemik?

Pada dasarnya, filsafat adalah upaya manusia untuk memahami realitas melalui akal dan logika. Di sisi lain, agama lebih berlandaskan pada wahyu ilahi yang diyakini sebagai kebenaran mutlak. Ketegangan muncul ketika keduanya mencoba berdialog untuk menjawab pertanyaan mendasar tentang kehidupan, moralitas, dan keberadaan Tuhan.

9 Filsuf dan Cendekiawan Muslim yang Pemikiran dan Karyanya Mempengaruhi Peradaban Dunia

1. Kritik Terhadap Batas Akal dan Wahyu

Banyak kritik yang menyoroti bagaimana filsafat sering dianggap mereduksi wahyu menjadi sekadar gagasan manusia. Para teolog berpendapat bahwa metode rasional filsafat tidak mampu menjangkau dimensi spiritual agama. Sebaliknya, filsuf mengkritik dogmatisme agama yang dianggap menolak dialog rasional.

Kebebasan Berpikir Lahir dari Pengakuan bahwa Kita Tidak Tahu Segalanya: Pelajaran Abadi dari Socrates

2. Pluralisme Agama dan Keragaman Tafsir

Dunia memiliki banyak agama dengan keyakinan yang berbeda-beda. Ketika filsafat mencoba mencari "jalan tengah," hal ini sering kali dianggap mengorbankan keunikan masing-masing agama. Selain itu, teks-teks suci agama yang bersifat metaforis sering kali menjadi objek interpretasi yang kontroversial di antara kalangan agamawan sendiri.

Halaman Selanjutnya
img_title