Metode Socratic: Bagaimana Pertanyaan Kritis Socrates Membentuk Filsafat dan Pendidikan Modern
- Image Creator/Handoko
Malang, WISATA - Metode Socratic, atau yang lebih dikenal dengan "Socratic Method," adalah salah satu kontribusi terbesar Socrates bagi dunia filsafat dan pendidikan. Hingga saat ini, metode ini masih menjadi dasar pengajaran yang menginspirasi cara berpikir kritis di berbagai bidang. Pertanyaannya adalah, bagaimana metode Socratic ini mampu bertahan dan tetap relevan hingga zaman modern, terutama dalam pembentukan pemikiran filsafat dan pendidikan?
Metode Socratic: Sebuah Pengantar
Metode Socratic didasarkan pada dialog dan pertanyaan-pertanyaan yang diajukan oleh Socrates kepada murid-muridnya. Alih-alih memberikan jawaban langsung, Socrates lebih suka memancing pemikiran mendalam melalui serangkaian pertanyaan kritis. Tujuannya adalah untuk mengungkap ketidaktahuan yang tersembunyi di balik jawaban yang tampaknya sederhana dan mendorong individu untuk mencapai pengetahuan yang lebih mendalam.
Contoh dari penggunaan metode ini dapat dilihat dalam dialog-dialog terkenal Socrates, seperti Apologia, di mana ia mengajukan pertanyaan kepada orang-orang di sekitarnya tentang kebijaksanaan, kebajikan, dan moralitas. Melalui teknik ini, Socrates mengungkapkan bahwa banyak orang yang mengklaim mengetahui sesuatu, sebenarnya tidak tahu apa-apa. Metode ini mendorong orang untuk tidak hanya mencari jawaban, tetapi juga untuk mempertanyakan asumsi dasar di balik keyakinan mereka.
Relevansi dalam Filsafat
Pengaruh metode Socratic dalam filsafat tidak bisa diabaikan. Socrates menggunakan pendekatan ini untuk membentuk dasar dari dialektika, yang menjadi metode berargumen di kemudian hari, termasuk dalam filsafat Barat yang berkembang setelahnya. Dalam dialektika, dua pihak atau lebih saling berdebat dengan tujuan mencari kebenaran melalui penyelidikan logis.
Salah satu muridnya yang paling terkenal, Plato, mengambil metode ini dan memperkenalkannya dalam karya-karya tulisnya, terutama dalam dialog-dialog yang menampilkan Socrates sebagai tokoh utama. Dialog-dialog ini menjadi fondasi dari pemikiran filsafat Barat, di mana argumen disusun berdasarkan pertanyaan kritis yang merangsang pemikiran.