Perbedaan Stoicisme dan Buddhisme: Bagaimana Keduanya Memandang Penderitaan dan Kehidupan

Taoisme
Sumber :
  • Image Creator/Handoko

1.    Refleksi Diri: Stoik sering merenungkan tindakan dan reaksi mereka terhadap peristiwa-peristiwa sehari-hari, mengevaluasi apakah mereka telah memenuhi standar kebajikan mereka.

Mengapa Stoikisme Jadi Tren? Pelajaran Hidup dari Marcus Aurelius hingga Ryan Holiday

2.    Meditasi: Stoik juga menggunakan meditasi reflektif untuk mengingatkan diri mereka tentang prinsip-prinsip Stoik dan untuk mempersiapkan diri menghadapi tantangan dengan sikap yang lebih bijaksana.

3.    Fokus pada Kontrol Internal: Stoik memusatkan perhatian mereka pada apa yang dapat mereka kendalikan—yaitu, sikap dan reaksi mereka—dan melepaskan kekhawatiran tentang hal-hal yang berada di luar kendali mereka.

Massimo Pigliucci dan Stoikisme Ilmiah: Menghidupkan Filosofi Kuno di Era Rasional Modern

Buddhisme: Memahami dan Mengatasi Penderitaan Melalui Pencerahan

Buddhisme, yang didirikan oleh Siddhartha Gautama, atau Buddha, pada abad ke-5 SM di India, menawarkan pandangan berbeda tentang penderitaan dan cara mencapainya. Prinsip dasar Buddhisme berfokus pada pengertian dan transformasi penderitaan melalui jalur pencerahan. Konsep inti Buddhisme adalah Empat Kebenaran Mulia dan Jalan Tengah.

Menghidupkan Filosofi Abadi: Ryan Holiday dan Kebangkitan Stoikisme di Era Modern

Pandangan Buddhis tentang Penderitaan

Dalam Buddhisme, penderitaan, atau dukkha, dianggap sebagai bagian tak terhindarkan dari eksistensi manusia. Penderitaan disebabkan oleh keinginan dan keterikatan pada hal-hal duniawi yang bersifat sementara. Buddha mengajarkan bahwa penderitaan dapat diatasi dengan memahami sifatnya dan mengatasi keterikatan yang menjadi penyebabnya. Pencerahan, atau Nirwana, dicapai ketika seseorang mengatasi keterikatan ini dan memahami hakikat dari realitas.

Halaman Selanjutnya
img_title