Perbedaan Stoicisme dan Buddhisme: Bagaimana Keduanya Memandang Penderitaan dan Kehidupan
- Image Creator/Handoko
1. Refleksi Diri: Stoik sering merenungkan tindakan dan reaksi mereka terhadap peristiwa-peristiwa sehari-hari, mengevaluasi apakah mereka telah memenuhi standar kebajikan mereka.
2. Meditasi: Stoik juga menggunakan meditasi reflektif untuk mengingatkan diri mereka tentang prinsip-prinsip Stoik dan untuk mempersiapkan diri menghadapi tantangan dengan sikap yang lebih bijaksana.
3. Fokus pada Kontrol Internal: Stoik memusatkan perhatian mereka pada apa yang dapat mereka kendalikan—yaitu, sikap dan reaksi mereka—dan melepaskan kekhawatiran tentang hal-hal yang berada di luar kendali mereka.
Buddhisme: Memahami dan Mengatasi Penderitaan Melalui Pencerahan
Buddhisme, yang didirikan oleh Siddhartha Gautama, atau Buddha, pada abad ke-5 SM di India, menawarkan pandangan berbeda tentang penderitaan dan cara mencapainya. Prinsip dasar Buddhisme berfokus pada pengertian dan transformasi penderitaan melalui jalur pencerahan. Konsep inti Buddhisme adalah Empat Kebenaran Mulia dan Jalan Tengah.
Pandangan Buddhis tentang Penderitaan
Dalam Buddhisme, penderitaan, atau dukkha, dianggap sebagai bagian tak terhindarkan dari eksistensi manusia. Penderitaan disebabkan oleh keinginan dan keterikatan pada hal-hal duniawi yang bersifat sementara. Buddha mengajarkan bahwa penderitaan dapat diatasi dengan memahami sifatnya dan mengatasi keterikatan yang menjadi penyebabnya. Pencerahan, atau Nirwana, dicapai ketika seseorang mengatasi keterikatan ini dan memahami hakikat dari realitas.