Konflik Filosofis: Apakah Kebenaran Absolut atau Relatif? Socrates Melawan Kaum Sophis
- Handoko/Istimewa
Malang, WISATA - Dalam sejarah filsafat Yunani kuno, salah satu perdebatan yang paling mendasar dan berpengaruh adalah antara Socrates dan kaum Sophis. Keduanya mewakili dua pendekatan yang sangat berbeda terhadap kebenaran, moralitas, dan pengetahuan. Socrates, dengan keyakinannya terhadap kebenaran absolut, sering kali bertentangan dengan kaum Sophis yang menganggap bahwa kebenaran bersifat relatif, tergantung pada perspektif individu atau situasi tertentu. Perdebatan ini tidak hanya mencerminkan perbedaan filosofis, tetapi juga memperlihatkan bagaimana cara pandang yang berbeda terhadap dunia dapat memengaruhi perkembangan pemikiran manusia hingga saat ini.
Artikel ini akan menggali lebih dalam tentang konflik filosofis ini dan mengapa perdebatan antara absolutisme Socrates dan relativisme kaum Sophis tetap relevan dalam diskusi filsafat modern.
Socrates dan Pencarian Kebenaran Absolut
Socrates adalah salah satu filsuf paling berpengaruh dalam sejarah peradaban Barat. Ia terkenal dengan metode dialektika atau metode Socratic, di mana ia menggunakan serangkaian pertanyaan kritis untuk mengeksplorasi dan menguji keyakinan seseorang. Tujuan utama Socrates bukanlah untuk membingungkan lawan bicaranya, melainkan untuk menemukan kebenaran yang objektif dan absolut.
Bagi Socrates, kebenaran adalah sesuatu yang dapat ditemukan melalui rasionalitas dan dialog yang jujur. Ia percaya bahwa ada standar moral yang tetap dan universal yang berlaku bagi semua orang, tanpa memandang waktu, tempat, atau keadaan. Dalam dialog "Apologi," misalnya, Socrates menyatakan bahwa tugas seorang filsuf adalah untuk mencari dan mengejar kebijaksanaan, yang mencakup pengetahuan tentang kebenaran dan keadilan yang objektif.
Pandangan ini menempatkan Socrates dalam posisi yang sangat berlawanan dengan kaum Sophis, yang menganggap bahwa kebenaran bersifat relatif dan bergantung pada persepsi individu.
Kaum Sophis dan Relativisme