Tiga Tokoh Sofis Era Yunani Beserta Konsepsi Ajarannya

Tokoh Kaum Sofis Protagoras, Gorgias, dan Hippias
Sumber :
  • Image Creator Grok/Handoko

1.     Tidak ada sesuatu pun yang benar-benar ada.

Socrates: "Kebahagiaan adalah Kondisi Batin yang Berkembang Ketika Kita Hidup Sesuai dengan Nilai-Nilai Kita"

2.     Jika sesuatu ada, ia tidak bisa diketahui oleh manusia.

3.     Jika sesuatu bisa diketahui, ia tidak bisa dikomunikasikan kepada orang lain.

Pierre Hadot: "Hidup yang Bermakna Dimulai dengan Kesadaran Akan Diri Sendiri"

Ajaran ini menunjukkan bahwa realitas itu sendiri tidak dapat dipahami secara objektif. Dengan kata lain, apa yang kita anggap sebagai "kebenaran" hanyalah konstruksi bahasa yang tidak benar-benar mencerminkan realitas.

Implikasi dari ajaran ini:

  • Bahasa bukan alat untuk menemukan kebenaran, melainkan alat untuk mempengaruhi orang lain.
  • Fakta bisa didefinisikan ulang dan diputarbalikkan melalui retorika yang meyakinkan.
  • Manusia tidak bisa sepenuhnya memahami realitas, sehingga kebenaran bersifat subjektif dan bisa dibentuk sesuai dengan kepentingan individu.
Socrates: "Dalam Mencari Kebenaran, Kita Menemukan Sumber Kebahagiaan yang Tak Terbatas"

Kritik terhadap Gorgias

Socrates dan Plato mengecam pandangan Gorgias karena dianggap berbahaya bagi moralitas dan etika. Jika tidak ada yang benar-benar nyata, maka semua bentuk kebohongan dan manipulasi bisa dibenarkan selama seseorang mampu meyakinkan audiensnya. Pemikiran Gorgias ini sering dianggap sebagai akar dari propaganda modern dan teknik komunikasi politik yang manipulatif.

3. Hippias (460–400 SM): Pengetahuan Universal dan Hukum Alam

Halaman Selanjutnya
img_title