Massimo Pigliucci: Emosi Adalah Alarm, Bukan Penguasa – Cara Bijak Menyikapi Perasaan ala Stoikisme
- Image Creator Grok/Handoko
Jakarta, WISATA - Pernahkah kamu merasa begitu dikuasai oleh emosi, sampai-sampai tindakan yang kamu ambil justru kamu sesali kemudian? Dalam kehidupan yang penuh tekanan ini, sangat wajar jika kita kadang merasa marah, kecewa, takut, atau bahkan putus asa. Namun, menurut filsuf Stoik modern, Massimo Pigliucci, ada satu cara sederhana tapi bijak untuk menyikapi semua gejolak batin itu. Dalam salah satu pernyataan khasnya, ia mengatakan:
"Emosi adalah alarm, bukan penguasa. Dengarkan mereka, tetapi jangan biarkan mereka mengendalikan hidupmu."
Pernyataan ini bukan hanya terdengar bijak, tetapi juga menyimpan filosofi yang sangat dalam, terutama jika kita kaitkan dengan ajaran Stoikisme—filsafat kuno yang belakangan kembali populer sebagai panduan hidup modern yang penuh makna.
Memahami Peran Emosi: Alarm, Bukan Kemudi
Dalam pandangan Pigliucci, emosi bukanlah musuh. Mereka adalah bagian dari kita yang memberikan sinyal bahwa sesuatu sedang terjadi di dalam diri atau sekitar kita. Emosi adalah sistem peringatan dini, semacam alarm internal yang memanggil perhatian kita. Ketika kamu marah, mungkin ada batas yang telah dilanggar. Ketika kamu takut, mungkin ada ancaman yang perlu diwaspadai. Ketika kamu sedih, bisa jadi kamu kehilangan sesuatu yang penting.
Tapi di sinilah letak kebijaksanaan Stoik: emosi harus direspons dengan akal sehat, bukan dituruti secara membabi buta. Karena ketika emosi memegang kendali, akal sehat sering kali tersisih. Akibatnya? Kita bisa mengatakan hal-hal yang menyakitkan, mengambil keputusan gegabah, atau bahkan menyabotase diri sendiri.
Pigliucci mengingatkan bahwa emosi bisa menjadi bahan refleksi yang sangat berguna, asal kita mampu menempatkannya pada posisi yang tepat. Mereka bukan penguasa, melainkan pemberi informasi.