Protagoras, Gorgias, dan Hippias: Pilar Sofisme yang Mempengaruhi Politik dan Filsafat hingga Era Modern

Protagoras, Gorgias, dan Hippias
Sumber :
  • Image Creator Grok/Handoko

Contoh lain yang relevan adalah penggunaan media sosial dalam kampanye politik. Dengan strategi komunikasi yang tepat, narasi tertentu bisa mendominasi ruang publik, bahkan jika narasi tersebut tidak berbasis pada fakta. Fenomena post-truth ini menunjukkan betapa kuatnya pengaruh bahasa dalam membentuk opini masyarakat.

Zeno dari Citium: “Kehilangan yang Paling Patut Kita Sesali Adalah Kehilangan Waktu, Karena Itu Tak Tertembus Kembali”

Hippias: Pentingnya Kredibilitas dalam Politik

Berbeda dengan Protagoras dan Gorgias yang lebih menekankan aspek teoritis, Hippias (460–400 SM) adalah seorang polimatik, yaitu individu yang menguasai banyak bidang ilmu. Ia percaya bahwa seseorang yang ingin dihormati harus memiliki pengetahuan luas di berbagai bidang, tidak hanya dalam retorika, tetapi juga dalam ilmu pengetahuan, seni, dan keterampilan praktis.

25 Kutipan Terbaik Plato yang Diambil dari Phaedrus dan Keindahan Jiwa

Hippias mengajarkan bahwa seorang orator harus memiliki kredibilitas. Tidak cukup hanya berbicara dengan baik, tetapi juga harus memiliki pemahaman mendalam tentang topik yang dibahas. Ini menjadi dasar dari konsep etos dalam retorika, yaitu bahwa kepercayaan audiens terhadap seorang pembicara sangat dipengaruhi oleh reputasi dan kredibilitasnya.

Hippias dan Fenomena "Fact-Checking" dalam Politik

Logika yang Membumi: Belajar Berpikir Jernih dari Madilog

Di era modern, konsep Hippias ini dapat kita lihat dalam fenomena fact-checking. Para pemimpin yang kredibel adalah mereka yang tidak hanya pandai berbicara, tetapi juga memiliki pemahaman mendalam tentang kebijakan dan isu-isu yang mereka angkat.

Namun, dalam praktiknya, banyak pemimpin politik yang lebih mengandalkan retorika tanpa dasar fakta. Hal ini memunculkan tren baru di dunia jurnalisme, yaitu fact-checking, di mana pernyataan politisi dianalisis dan diuji kebenarannya. Ini menunjukkan bahwa di era digital, kredibilitas tetap menjadi faktor penting dalam membangun kepercayaan publik, seperti yang diajarkan oleh Hippias.

Halaman Selanjutnya
img_title