Protagoras, Gorgias, dan Hippias: Pilar Sofisme yang Mempengaruhi Politik dan Filsafat hingga Era Modern
- Image Creator Grok/Handoko
Misalnya, dalam kampanye politik, calon pemimpin sering kali menyesuaikan pesan mereka dengan audiens yang berbeda. Apa yang mereka katakan kepada satu kelompok pendukung bisa berbeda dengan yang mereka sampaikan kepada kelompok lain. Hal ini mencerminkan relativisme Protagoras, di mana kebenaran tidak tetap, melainkan disesuaikan dengan kondisi tertentu.
Gorgias: Bahasa sebagai Senjata Politik
Jika Protagoras menekankan relativisme, Gorgias (485–380 SM) lebih fokus pada bagaimana bahasa dapat membentuk realitas. Ia berpendapat bahwa kata-kata bukan hanya alat komunikasi, tetapi juga senjata yang bisa mengubah cara orang berpikir dan bertindak.
Salah satu karyanya yang paling terkenal adalah pidato pembelaan Helena dari Troya, di mana ia berargumen bahwa Helena tidak bersalah karena ia dipengaruhi oleh kekuatan eksternal, seperti kehendak para dewa atau kekuatan cinta. Dengan retorika yang cerdas, Gorgias membuktikan bahwa bahkan tindakan yang tampaknya jelas salah dapat dipersepsikan sebagai benar dengan argumentasi yang tepat.
Gorgias dan Manipulasi Media di Era Digital
Di dunia modern, teknik retorika Gorgias dapat kita lihat dalam media massa, propaganda, dan teknik framing dalam berita.
Misalnya, dalam kampanye pemilu, politisi sering menggunakan bahasa yang emosional untuk membentuk persepsi publik. Kata-kata seperti "perubahan," "harapan," atau "krisis" dipilih dengan hati-hati untuk membangkitkan respons emosional. Fake news dan hoaks politik juga sering menggunakan teknik ini, di mana fakta dimanipulasi dengan kata-kata yang meyakinkan agar diterima sebagai kebenaran.