10 Kutipan Paling Kontroversial dari Niccolò Machiavelli yang Mengguncang Dunia

Niccolò Machiavelli (1469–1527)
Sumber :
  • Image Creator/Handoko

Jakarta, WISATA - Niccolò Machiavelli, seorang filsuf politik asal Italia pada abad ke-16, dikenal melalui karyanya yang berjudul The Prince. Dalam buku tersebut, ia menguraikan pandangan-pandangan yang sering kali dianggap kontroversial mengenai kekuasaan dan politik. Meskipun banyak yang menganggap pemikirannya terlalu keras dan manipulatif, tidak dapat disangkal bahwa ide-idenya telah memengaruhi pemikiran politik hingga saat ini.

Relief Carpetania Mengungkap Kekuatan Tersembunyi di Balik Hubungan Mediterania Spanyol dengan Zaman Besi

Berikut adalah 10 kutipan paling kontroversial dari Machiavelli yang terus memicu perdebatan:

1.     "Lebih baik ditakuti daripada dicintai, jika Anda tidak bisa memiliki keduanya."
Machiavelli berpendapat bahwa seorang pemimpin yang ditakuti lebih mampu mempertahankan kekuasaan dibandingkan yang dicintai. Hal ini karena rasa takut dianggap lebih dapat diandalkan daripada kasih sayang dalam menjaga loyalitas.

Membingungkan Lawan, Meraih Kemenangan: Strategi Sun Tzu yang Relevan di Era Modern

2.     "Tujuan menghalalkan cara."
Meskipun frasa ini tidak secara langsung muncul dalam karya Machiavelli, pemikirannya sering disimpulkan demikian. Ia menyarankan bahwa pemimpin harus siap melakukan apa pun demi mencapai tujuan politiknya, termasuk tindakan yang dianggap tidak bermoral.

3.     "Orang yang ingin menipu akan selalu menemukan seseorang yang bersedia untuk ditipu."
Kutipan ini mencerminkan pandangan Machiavelli tentang sifat manusia yang mudah diperdaya, terutama dalam konteks politik.

Strategi Umpan Sun Tzu: Ketika Musuh Maju dan Mundur, Waspadalah!

4.     "Seorang pangeran tidak boleh memegang janji jika itu akan merugikan kepentingannya, dan jika alasan yang membuatnya berjanji sudah tidak ada lagi."
Machiavelli menekankan bahwa fleksibilitas dan pragmatisme lebih penting daripada konsistensi dalam menjaga janji, terutama jika situasi telah berubah.

5.     "Senjata dan hukum berjalan beriringan, tetapi senjata lebih diperlukan daripada hukum."
Ia menegaskan bahwa kekuatan militer atau kekuasaan fisik sering kali lebih efektif dalam menjaga stabilitas daripada sekadar penegakan hukum.

6.     "Orang cenderung lebih cepat melupakan kematian ayah mereka daripada kehilangan harta benda mereka."
Pandangan ini menunjukkan bahwa manusia lebih mementingkan kepentingan materi daripada hubungan personal atau emosional.

7.     "Kita harus memahami bahwa ada dua cara bertarung: dengan hukum dan dengan kekuatan. Yang pertama adalah cara manusia, yang kedua adalah cara binatang. Tetapi karena sering kali hukum tidak cukup efektif, seorang pemimpin harus tahu bagaimana menggunakan keduanya."
Machiavelli menyarankan bahwa pemimpin harus mampu menggunakan hukum dan kekuatan fisik secara bersamaan untuk mencapai tujuannya.

8.     "Seseorang yang ingin membuat orang lain percaya padanya harus tahu cara menipu."
Ia menekankan bahwa dalam politik, manipulasi dan penipuan sering kali menjadi alat yang diperlukan untuk mencapai dan mempertahankan kekuasaan.

9.     "Tidak ada yang lebih berbahaya daripada perubahan besar tanpa perencanaan."
Machiavelli mengingatkan bahwa perubahan yang dilakukan tanpa perencanaan matang dapat membawa risiko besar dan potensi kehancuran.

10.                        "Manusia akan selalu jahat jika tidak dipaksa untuk berbuat baik."
Ia berpendapat bahwa sifat dasar manusia cenderung egois dan jahat, dan hanya melalui tekanan atau paksaan mereka dapat berperilaku baik.

Kontroversi dan Relevansi di Era Modern

Kutipan-kutipan di atas telah memicu perdebatan selama berabad-abad. Banyak yang mengkritik pandangan Machiavelli sebagai amoral dan mendukung tindakan manipulatif dalam politik. Namun, ada juga yang berargumen bahwa ia hanya menggambarkan realitas politik yang sebenarnya, tanpa menutupi sisi gelapnya.

Dalam konteks modern, beberapa pemikiran Machiavelli masih relevan, terutama dalam memahami dinamika kekuasaan dan strategi politik. Namun, penerapan langsung dari prinsip-prinsip tersebut sering kali bertentangan dengan nilai-nilai etika dan moral yang dianut masyarakat saat ini.

Meskipun karya Machiavelli telah berusia lebih dari lima abad, minat terhadap pemikirannya tetap tinggi. Menurut data dari Google Books, The Prince terus menjadi salah satu buku politik yang paling banyak dicari dan dibaca. Selain itu, platform seperti YouTube dan TikTok dipenuhi dengan konten yang membahas kutipan dan pemikiran Machiavelli, menunjukkan bahwa diskusi tentang ide-idenya masih aktif hingga kini.

Niccolò Machiavelli menawarkan perspektif yang tajam dan sering kali kontroversial tentang kekuasaan dan politik. Meskipun banyak yang menganggap pandangannya terlalu keras, tidak dapat disangkal bahwa pemikirannya telah membentuk diskursus politik selama berabad-abad dan tetap relevan dalam memahami dinamika kekuasaan hingga saat ini.