Seneca: Matahari Juga Bersinar untuk Mereka yang Jahat – Pelajaran Kehidupan tentang Keadilan Alam
- Cuplikan layar
Jakarta, WISATA — “The sun also shines on the wicked,” ujar filsuf Stoik Romawi, Seneca. Dalam kalimat yang singkat namun penuh makna ini, Seneca mengingatkan kita akan kenyataan yang sering sulit diterima: alam tidak memilih-milih siapa yang menerima sinarnya. Seperti matahari yang bersinar tanpa pandang bulu, kehidupan pun kadang memberikan kebaikan, keberuntungan, dan kesempatan kepada mereka yang tidak selalu bertindak adil atau benar.
Bagi banyak orang, ketidakadilan semacam ini terasa mengganggu nurani. Mengapa orang jahat bisa hidup makmur, sementara mereka yang jujur dan penuh integritas justru hidup dalam kesulitan? Pertanyaan ini telah bergema sejak zaman kuno hingga era modern. Namun melalui kutipannya, Seneca tidak menawarkan keluhan, melainkan pengamatan dan penerimaan terhadap kenyataan alamiah kehidupan.
Filsafat Stoik yang dianut Seneca tidak membenarkan kejahatan, tetapi mengajarkan kita untuk tidak terpaku pada apa yang berada di luar kendali kita—termasuk keadilan kosmis. Bagi Seneca, tugas manusia adalah menjaga kebajikan, bukan menuntut agar dunia selalu bertindak adil menurut standar pribadi kita. Dengan kata lain, bukan hak kita untuk mengatur kepada siapa matahari bersinar. Yang penting adalah bagaimana kita bereaksi dan menjalani hidup dengan kebajikan, tak peduli siapa yang sedang berada dalam sorotan terang.
Matahari yang bersinar untuk semua orang, baik atau jahat, juga mencerminkan sifat kehidupan yang tidak bersyarat. Kehidupan menyediakan peluang, sumber daya, dan pengalaman bagi siapa pun yang hidup, tanpa melakukan seleksi moral. Ini bisa dianggap sebagai ketidakadilan, tapi juga bisa dilihat sebagai kesempatan bagi setiap individu untuk memilih jalan hidupnya sendiri.
Dalam konteks sosial saat ini, pesan Seneca menjadi semakin relevan. Dunia digital, misalnya, memberi panggung kepada siapa pun—baik mereka yang membawa nilai positif maupun yang menyebar kebencian. Namun daripada merasa frustrasi atas ketidakadilan tersebut, Seneca mengajak kita untuk tetap konsisten pada nilai-nilai luhur: kejujuran, kesabaran, dan integritas.
Penerimaan terhadap fakta bahwa “matahari juga bersinar untuk orang jahat” bukan berarti kita membenarkan kejahatan. Justru sebaliknya, kesadaran ini menjadi pengingat bahwa kita harus tetap berbuat baik meskipun dunia tampaknya tidak selalu adil. Dalam filsafat Stoik, hanya kebajikan yang berada di bawah kendali kita. Ketika kita memahami batas pengaruh kita, kita akan berhenti menuntut dunia untuk berlaku seperti yang kita inginkan, dan mulai fokus memperbaiki diri sendiri.
Seneca mengajarkan bahwa kedamaian batin berasal dari kebijaksanaan dalam menerima realitas. Jika kita ingin dunia menjadi tempat yang lebih baik, kita harus menjadi titik terang itu sendiri—bukan dengan iri terhadap sinar yang jatuh pada orang lain, tetapi dengan memastikan bahwa cahaya kita sendiri berasal dari ketulusan dan kebajikan.