Miskin Tapi Hedon? Fenomena Lipstick Effect di Tengah Lesunya Ekonomi Indonesia

Fenomena Lipstick Effect,
Sumber :
  • Image Creator/Handoko

Selain itu, adanya kecenderungan untuk mencari kebahagiaan dalam bentuk material juga mempengaruhi perilaku konsumsi. Orang-orang berusaha untuk membeli kebahagiaan melalui konsumsi, terutama barang-barang yang dapat memberikan kepuasan langsung, seperti pakaian, makeup, atau bahkan pengalaman liburan. Dalam kondisi ekonomi yang penuh ketidakpastian, membeli sesuatu yang memberi kenikmatan sementara menjadi cara untuk mengatasi stres dan kecemasan.

Menurut Penelitian, Mata Anda dapat Mendeteksi Timbulnya Demensia hingga 12 Tahun Sebelumnya

Apakah Fenomena Ini Berbahaya?

Meskipun fenomena Lipstick Effect bisa dilihat sebagai cara untuk mengatasi tekanan hidup, namun jika tidak dikendalikan, kebiasaan konsumtif ini bisa berbahaya. Terlalu banyak menghabiskan uang untuk hal-hal yang tidak esensial dapat menyebabkan masalah finansial jangka panjang. Menabung dan merencanakan keuangan dengan bijak adalah kunci untuk bertahan dalam kondisi ekonomi yang sulit.

Kuil Tiwanaku yang Hilang Ditemukan di Bolivia, Ungkap Jaringan Perdagangan dan Ritual Kuno Andes

Menurut survei yang dilakukan oleh Otoritas Jasa Keuangan (OJK), sebagian besar masyarakat Indonesia masih memiliki budaya konsumtif yang tinggi, meskipun banyak di antaranya sudah menyadari pentingnya menabung. Namun, ketergantungan pada gaya hidup yang hedonis dan konsumtif membuat sebagian besar orang kesulitan untuk menyiapkan dana darurat atau melakukan investasi yang berguna di masa depan.

Mengelola Lipstick Effect dengan Bijak

Inilah Batu Akik yang Trending di Tahun 2025 Dilihat dari Estetika hingga Investasi yang Fantastis

Fenomena Lipstick Effect memang menunjukkan betapa kuatnya dorongan untuk memenuhi kebutuhan emosional melalui konsumsi, meskipun kondisi ekonomi tidak mendukung. Namun, penting bagi masyarakat untuk belajar mengelola keuangan dengan bijak, tanpa terjebak dalam gaya hidup yang hanya akan memperburuk kondisi finansial di masa depan.

Penting bagi setiap individu untuk tetap menjaga keseimbangan antara keinginan untuk membeli barang-barang yang dapat memberi kepuasan sementara dengan kebutuhan untuk menabung dan mempersiapkan masa depan yang lebih stabil. Jika tidak, kita bisa terjebak dalam siklus konsumsi yang berujung pada masalah keuangan yang lebih besar di masa depan.