Paradox of Thrift: Ketika Menabung Justru Bisa Memperlambat Ekonomi Indonesia
- Image Creator/Handoko
- Tingkat Tabungan Masyarakat Meningkat
Berdasarkan data Bank Indonesia (BI), tingkat tabungan rumah tangga meningkat dalam beberapa tahun terakhir. Pada tahun 2023, rasio tabungan terhadap PDB Indonesia mencapai 33%, meningkat dari 31% pada tahun sebelumnya. (sumber: BI) - Konsumsi Rumah Tangga Melambat
Data dari Badan Pusat Statistik (BPS) menunjukkan bahwa pertumbuhan konsumsi rumah tangga, yang merupakan kontributor terbesar PDB Indonesia, melambat menjadi 4,5% pada kuartal pertama 2024, turun dari 5,2% di tahun sebelumnya. (sumber: BPS) - Investasi dan Pertumbuhan Ekonomi Terpengaruh
Ketika konsumsi berkurang, investor menjadi lebih berhati-hati dalam menanamkan modalnya. Pada 2023, pertumbuhan investasi hanya mencapai 4,8%, lebih rendah dibandingkan target 5,5% yang ditetapkan pemerintah. (sumber: Kemenkeu RI)
Dari data tersebut, terlihat bahwa meskipun masyarakat lebih banyak menabung, perekonomian tidak serta-merta membaik. Justru, pertumbuhan ekonomi mengalami tekanan karena konsumsi dan investasi melambat.
Mengapa Orang Lebih Banyak Menabung?
Ada beberapa alasan mengapa masyarakat lebih memilih menabung dibandingkan membelanjakan uang mereka:
1. Ketidakpastian Ekonomi
Setelah pandemi COVID-19, banyak orang lebih berhati-hati dalam mengelola keuangan mereka. Kekhawatiran terhadap resesi global dan inflasi membuat masyarakat cenderung menyimpan uang sebagai cadangan darurat.
2. Kurangnya Kepercayaan Terhadap Ekonomi
Ketika masyarakat merasa ekonomi tidak stabil atau harga barang terus naik, mereka cenderung mengurangi pengeluaran dan lebih banyak menabung untuk berjaga-jaga.
3. Tren Gaya Hidup Hemat
Generasi muda, terutama Generasi Z dan Milenial, kini lebih memilih gaya hidup minimalis dan hemat. Mereka lebih fokus pada investasi jangka panjang dibandingkan konsumsi impulsif.