Tantangan dan Peluang dalam Pengembangan Bahan Bakar Penerbangan Berkelanjutan
- Kemenko Perekonomian
Deputi Dida juga menyebutkan bahwa Indonesia memiliki 251 bandara yang sudah beroperasi dan 50 bandara baru yang sedang direncanakan. "Dengan infrastruktur yang berkembang pesat ini, kita memiliki peluang besar untuk menjadikan Indonesia sebagai pusat produksi dan distribusi SAF di kawasan ini," tambahnya.
Tantangan yang Dihadapi dalam Pengembangan SAF
Namun, meskipun peluangnya besar, pengembangan SAF di Indonesia tidak lepas dari tantangan. Salah satu tantangan terbesar adalah biaya produksi yang masih tinggi dibandingkan dengan bahan bakar fosil konvensional. Selain itu, infrastruktur yang belum memadai juga menjadi hambatan utama dalam pengembangan SAF secara luas.
"Pengembangan SAF memerlukan investasi besar dalam teknologi dan infrastruktur. Pemerintah, industri, dan lembaga keuangan perlu bekerja sama untuk mengatasi tantangan ini dan memastikan bahwa SAF dapat diakses secara luas dan terjangkau," jelas Deputi Dida.
Selain itu, keterbatasan bahan baku juga menjadi isu penting yang harus diatasi. Meski Indonesia memiliki potensi besar dalam produksi UCO, diperlukan diversifikasi bahan baku untuk memastikan keberlanjutan produksi SAF dalam jangka panjang.
Kolaborasi Global untuk Masa Depan yang Berkelanjutan
Dalam upaya mengatasi tantangan ini, Deputi Dida menekankan pentingnya kolaborasi global antara pemerintah, industri, dan komunitas internasional. "Kolaborasi adalah kunci untuk mengatasi tantangan yang dihadapi dalam pengembangan SAF. Dengan bekerja sama, kita dapat mempercepat pengembangan teknologi yang diperlukan dan memastikan bahwa SAF dapat berkontribusi secara signifikan dalam pengurangan emisi global," ujarnya.