Analisis Perkembangan Ekspor-Impor Industri Pengolahan Non-Migas Juni 2024

Pelabuhan Eksport Import (ilustrasi)
Sumber :
  • Image Creator/Handoko

Jakarta, WISATA - Industri pengolahan non-migas Indonesia terus berupaya menghadapi tantangan dan memanfaatkan peluang di tengah dinamika ekonomi global yang penuh ketidakpastian. Pada bulan Juni 2024, sektor ini kembali menunjukkan pergerakan yang menarik untuk dicermati, dengan adanya fluktuasi baik pada nilai ekspor maupun impor. Berdasarkan data dari Kementerian Perindustrian dan Badan Pusat Statistik (BPS), kinerja sektor pengolahan non-migas pada bulan ini memberikan gambaran mengenai kompleksitas yang dihadapi oleh industri ini.

Rahasia Sukses Industri Modern: Inovasi Drone yang Optimalkan Pertanian, Konstruksi, dan Logistik

Secara umum, kinerja ekspor sektor pengolahan non-migas pada Juni 2024 tercatat mengalami penurunan jika dibandingkan dengan bulan sebelumnya (month-to-month/m-to-m). Nilai ekspor bulan Juni tercatat sebesar US$ 16,06 miliar, turun sebesar 1,44% dari bulan Mei 2024 yang mencapai US$ 16,29 miliar. Penurunan ini cukup mengejutkan, mengingat bahwa sektor ini telah menunjukkan tren positif dalam beberapa bulan sebelumnya. Namun, jika dibandingkan dengan bulan yang sama pada tahun 2023 (year-on-year/y-on-y), ekspor justru mengalami peningkatan sebesar 5,50%. Ini menunjukkan bahwa secara tahunan, sektor pengolahan non-migas masih memiliki performa yang cukup baik.

Penurunan ekspor bulan Juni 2024 ini bisa disebabkan oleh beberapa faktor. Pertama, ketidakpastian global yang terus berlanjut, seperti ketegangan geopolitik dan fluktuasi harga komoditas, memengaruhi permintaan terhadap produk ekspor Indonesia. Kedua, adanya kendala logistik dan gangguan pada rantai pasokan global juga turut berkontribusi pada penurunan nilai ekspor. Meskipun demikian, pelaku industri terus beradaptasi dengan kondisi ini, dan hal ini terlihat dari peningkatan volume ekspor pada bulan yang sama.

RAPBN 2025: Tantangan Besar Menuju Stabilitas Ekonomi atau Krisis Baru?

Dari sisi volume, ekspor sektor pengolahan non-migas pada bulan Juni 2024 mencapai 11,62 juta ton, naik sebesar 11,13% dibandingkan bulan sebelumnya yang mencapai 10,46 juta ton. Peningkatan ini menandakan adanya upaya dari pelaku industri untuk meningkatkan efisiensi produksi dan menekan biaya, sehingga mampu mengirim lebih banyak produk ke pasar internasional meskipun dengan nilai yang lebih rendah. Peningkatan volume ini juga menunjukkan bahwa sektor ini masih memiliki daya saing yang cukup kuat di pasar global.

Di sisi impor, nilai impor sektor pengolahan non-migas pada bulan Juni 2024 tercatat mengalami penurunan yang cukup signifikan sebesar 8,68% dibandingkan dengan bulan Mei 2024, dari US$ 14,96 miliar menjadi US$ 13,66 miliar. Penurunan ini mengindikasikan adanya penyesuaian yang dilakukan oleh industri dalam merespons penurunan permintaan domestik dan global. Meskipun demikian, jika dilihat dari perbandingan year-on-year, nilai impor bulan Juni 2024 justru mengalami peningkatan sebesar 0,86% dibandingkan bulan Juni 2023. Hal ini mencerminkan bahwa kebutuhan bahan baku impor masih cukup tinggi, meskipun ada upaya untuk mengurangi ketergantungan terhadap impor.

Kinerja Ekspor-Impor Industri Pengolahan Non-Migas Semester Pertama Stabil Meski Penuh Tantangan

Selain itu, volume impor juga mengalami penurunan yang cukup drastis pada bulan Juni 2024. Volume impor tercatat turun sebesar 15,20% dari bulan sebelumnya yang mencapai 8,71 juta ton menjadi 7,38 juta ton pada bulan Juni 2024. Penurunan volume impor ini bisa disebabkan oleh adanya penurunan permintaan terhadap bahan baku atau barang setengah jadi dari luar negeri, sebagai respons terhadap penurunan produksi di dalam negeri. Hal ini menunjukkan bahwa industri pengolahan non-migas sedang berada dalam fase penyesuaian, baik dari sisi produksi maupun konsumsi bahan baku.

Penting untuk dicatat bahwa beberapa sektor industri mengalami surplus yang cukup signifikan pada bulan Juni 2024. Misalnya, sektor makanan mencatatkan surplus sebesar US$ 2,53 miliar, sektor logam dasar sebesar US$ 1,86 miliar, dan sektor kimia serta barang dari bahan kimia sebesar US$ 1,27 miliar. Surplus ini menunjukkan bahwa beberapa subsektor industri masih memiliki kinerja yang cukup baik, meskipun secara keseluruhan terjadi penurunan pada sektor pengolahan non-migas.

Halaman Selanjutnya
img_title