Epictetus: "Ketenangan Jiwa Ditemukan dalam Kebajikan, Bukan dalam Kekayaan atau Kekuasaan"

Epictetus Tokoh Filsafat Stoikisme
Sumber :
  • Image Creator/Handoko

Malang, WISATA - Epictetus, seorang filsuf Stoik yang terkenal, mengajarkan banyak hal tentang cara hidup yang bijaksana dan penuh kebajikan. Salah satu kutipannya yang terkenal adalah, "Ketenangan jiwa ditemukan dalam kebajikan, bukan dalam kekayaan atau kekuasaan." Kutipan ini menggarisbawahi pandangan Stoik bahwa kebahagiaan sejati berasal dari dalam diri, bukan dari hal-hal materi atau status sosial.

Socrates: "Keadilan adalah Kebajikan dari Jiwa."

Siapa Epictetus?

Epictetus lahir sebagai budak di Hierapolis, Frigia (sekarang bagian dari Turki), sekitar tahun 50 Masehi. Meskipun lahir dalam keadaan yang sangat sulit, ia berhasil menjadi salah satu filsuf Stoik yang paling dihormati. Setelah memperoleh kebebasannya, Epictetus mengajar filsafat di Roma sampai dia diusir oleh Kaisar Domitian dan kemudian mendirikan sekolah filsafat di Nicopolis di Epirus (Yunani modern).

Bagaimana Socrates Memandang Keadilan dan Kebijaksanaan, Inilah Penjelasannya

Ajaran Utama Epictetus

Epictetus mengajarkan bahwa kebahagiaan dan ketenangan batin dapat dicapai dengan menjalani hidup sesuai dengan alam dan kebajikan. Ia menekankan pentingnya pengendalian diri, penerimaan terhadap takdir, dan memfokuskan diri pada hal-hal yang dapat kita kendalikan.

Keadilan dalam Konsepsi dan Perspektif Para Filsuf Stoicisme

1.    Dikotomi Kendali: Salah satu ajaran utama Epictetus adalah konsep dikotomi kendali, yaitu membedakan antara apa yang bisa kita kendalikan dan apa yang tidak bisa kita kendalikan. Menurutnya, kita hanya bisa mengendalikan pikiran, sikap, dan tindakan kita sendiri, sementara hal-hal eksternal seperti kekayaan dan kekuasaan berada di luar kendali kita.

2.    Kebajikan sebagai Tujuan Hidup: Bagi Epictetus, kebajikan adalah tujuan utama hidup manusia. Kebajikan ini meliputi kebijaksanaan, keberanian, keadilan, dan pengendalian diri. Hidup yang dijalani dengan kebajikan adalah hidup yang sejahtera dan tenang.

3.    Mengatasi Emosi Negatif: Epictetus mengajarkan bahwa banyak penderitaan manusia berasal dari emosi negatif yang tidak terkendali. Dengan memahami dan mengendalikan emosi, seseorang dapat mencapai ketenangan batin.

Kebajikan dan Ketenangan Jiwa

Kutipan Epictetus, "Ketenangan jiwa ditemukan dalam kebajikan, bukan dalam kekayaan atau kekuasaan," menekankan bahwa kebahagiaan sejati tidak dapat ditemukan dalam hal-hal materi atau status sosial. Berikut ini adalah beberapa cara pandangan ini dapat diterapkan dalam kehidupan sehari-hari:

Fokus pada Kebajikan

1.    Mengembangkan Kebijaksanaan: Kebijaksanaan adalah kemampuan untuk membuat keputusan yang baik dan bertindak dengan cara yang benar. Ini melibatkan pengetahuan, pengalaman, dan pemahaman yang mendalam tentang kehidupan. Dengan mengembangkan kebijaksanaan, kita dapat menghadapi situasi dengan lebih tenang dan bijak.

2.    Menunjukkan Keberanian: Keberanian bukan hanya tentang menghadapi bahaya fisik, tetapi juga tentang berdiri teguh dalam menghadapi kesulitan dan tantangan hidup. Dengan menunjukkan keberanian, kita dapat mengatasi rasa takut dan kecemasan yang sering kali mengganggu ketenangan jiwa kita.

3.    Menjaga Keadilan: Keadilan adalah tentang memperlakukan orang lain dengan adil dan benar. Dengan menjaga keadilan, kita menciptakan lingkungan yang harmonis dan damai, yang pada gilirannya membantu menjaga ketenangan jiwa kita.

4.    Melatih Pengendalian Diri: Pengendalian diri adalah kemampuan untuk mengendalikan hasrat dan emosi kita. Dengan melatih pengendalian diri, kita dapat menghindari tindakan impulsif yang sering kali merusak ketenangan jiwa.

Menghindari Ketergantungan pada Kekayaan dan Kekuasaan

1.    Menerima Ketidakpastian Hidup: Kekayaan dan kekuasaan sering kali datang dan pergi. Dengan menerima ketidakpastian hidup dan tidak terlalu terikat pada hal-hal materi, kita dapat menjaga ketenangan jiwa kita.

2.    Menghargai Nilai-Nilai Non-Material: Kebahagiaan sejati berasal dari nilai-nilai seperti cinta, persahabatan, dan rasa syukur. Dengan menghargai nilai-nilai ini, kita dapat menemukan kebahagiaan yang lebih dalam dan lebih abadi.

3.    Menghindari Perbandingan Sosial: Membandingkan diri dengan orang lain sering kali membawa perasaan iri dan ketidakpuasan. Dengan fokus pada pengembangan diri dan kebajikan, kita dapat menghindari perangkap ini dan menjaga ketenangan jiwa kita.

Penerapan dalam Kehidupan Modern

Ajaran Epictetus tetap relevan dalam kehidupan modern, di mana tekanan untuk mencapai kekayaan dan kekuasaan sering kali mendominasi. Berikut ini adalah beberapa cara kita dapat menerapkan ajaran ini dalam kehidupan sehari-hari:

1.    Membangun Kebiasaan Positif: Mengembangkan kebiasaan positif seperti meditasi, refleksi diri, dan membaca karya-karya filsafat dapat membantu kita mengembangkan kebajikan dan menjaga ketenangan jiwa.

2.    Menjalin Hubungan yang Bermakna: Membangun hubungan yang bermakna dengan orang lain berdasarkan rasa hormat dan kebajikan dapat memberikan dukungan emosional dan kebahagiaan yang lebih dalam daripada kekayaan materi.

3.    Fokus pada Pertumbuhan Pribadi: Alih-alih mengejar kekayaan dan kekuasaan, kita dapat fokus pada pertumbuhan pribadi dan pengembangan diri. Ini melibatkan pembelajaran seumur hidup, peningkatan keterampilan, dan pengembangan karakter.

Epictetus mengajarkan bahwa ketenangan jiwa ditemukan dalam kebajikan, bukan dalam kekayaan atau kekuasaan. Ajaran ini menekankan pentingnya pengendalian diri, penerimaan terhadap takdir, dan fokus pada hal-hal yang bisa kita kendalikan. Dengan mengembangkan kebajikan seperti kebijaksanaan, keberanian, keadilan, dan pengendalian diri, kita dapat mencapai kebahagiaan sejati dan ketenangan batin. Dalam kehidupan modern yang penuh dengan tekanan dan ketidakpastian, ajaran Epictetus memberikan panduan yang berharga untuk hidup yang lebih bijaksana dan bermakna.