Kerangka Berusia 9.000 Tahun Mengungkap ‘Kutukan’ Kota Kuno Çatalhöyük

Çatalhöyük setelah Penggalian Pertama
Sumber :
  • artifactinsight/James Melaart and team

Malang, WISATA – Çatalhöyük, yang terletak di Turki selatan, dikenal sebagai salah satu pemukiman umat manusia paling awal, dengan sejarah yang berkembang sejak 7100 SM. Namun setelah kurang lebih 1.000 tahun berdiri, kota ini runtuh secara misterius, terdiam dan meninggalkan banyak pertanyaan yang belum terjawab hingga saat ini.

Lantai Mosaik Berusia 2200 Tahun yang Menggambarkan Muse Kalliope Ditemukan di Side, Turki

Baru-baru ini, tim peneliti internasional yang dipimpin oleh Profesor Clark Spencer Larsen (Ohio State University, AS) telah mengungkap sebagian tabir misteri seputar Çatalhöyük melalui analisis terhadap 742 kerangka yang digali di sana. Penemuan ini memberikan bukti mengerikan tentang “kutukan” yang menimpa kota tersebut, yang merenggut nyawa penduduknya dan meninggalkannya dalam reruntuhan. 

Catalhöyük dihuni oleh orang-orang dari sekitar 7500 SM hingga 6200 SM. Kota yang luas ini mencakup lebih dari 8.000 rumah, dibangun dari batu bata lumpur dan kayu. Rumah-rumah dibangun berdekatan, menciptakan labirin gang dan halaman. Catalhöyük ditemukan pada tahun 1951 oleh arkeolog Turki James Mellaart. Sejak itu, penggalian telah menemukan harta karun berupa informasi tentang kehidupan masyarakat Catalhöyük. 

Protes Pro Palestina: Mahasiswa Princeton University New Jersey Lakukan Aksi Mogok Makan

Masyarakat Çatalhöyük berkembang pesat sebagai petani dan pengrajin yang terampil. Mereka bercocok tanam dan beternak, sekaligus menciptakan tembikar, perhiasan dan patung yang mengesankan. Masyarakat mereka kompleks, dengan potensi kelas elit dan kepercayaan mereka berpusat pada dewa-dewa alam dan ritual seperti pengorbanan hewan dan penguburan orang mati.

Pemeriksaan cermat terhadap 742 kerangka yang digali dari Çatalhöyük telah mengungkap pola kekerasan yang meresahkan. Angka kematian yang sangat tinggi, terutama pada masa puncak kota ini, memberikan gambaran suram tentang masyarakat yang dilanda konflik. Tanda-tanda trauma – patah tulang tengkorak parah yang disebabkan oleh benda tumpul – terukir di sisa-sisa jenazah, menjadi saksi kebrutalan yang melanda Çatalhöyük. 

Terowongan Bawah Tanah Berusia 12.000 Tahun Dari Skotlandia Tembus Hingga Turki, untuk Apa?

Analisis terperinci terhadap kerangka tersebut mengungkapkan tingkat kematian yang sangat tinggi, terutama selama masa keemasan Çatalhöyük.  Dalam sampel 95 tengkorak dari Çatalhöyük, lebih dari seperempat – 25 individu – menunjukkan bukti patah tulang yang telah sembuh. Dan 12 di antaranya telah menjadi korban lebih dari satu kali, dengan dua hingga lima orang terluka dalam jangka waktu tertentu. Bentuk lesi menunjukkan bahwa penyebabnya adalah pukulan ke kepala dari benda keras dan bulat dan bola tanah liat dengan ukuran dan bentuk yang tepat juga ditemukan di lokasi tersebut. 

Menariknya, cedera ini tidak hanya terjadi pada kelompok demografi tertentu. Laki-laki, perempuan, dan anak-anak sama-sama menderita akibat kekerasan, yang menunjukkan bahwa tidak ada seorang pun di kota ini yang luput dari cengkeraman kekerasan yang tiada henti. Kekerasan yang meluas ini memberikan bayangan gelap pada tahun-tahun terakhir pemerintahan Çatalhöyük, dan mengisyaratkan bahwa masyarakat berada di ambang kehancuran.

Belum lagi, 33% dari total 742 jenazah menunjukkan tanda-tanda infeksi bakteri. 13% gigi wanita dan 10% gigi pria mengalami kerusakan, hal ini menunjukkan bahwa mereka mengonsumsi makanan yang tidak seimbang, terlalu banyak sereal dibandingkan kelompok makanan lainnya. Kondisi sanitasi sangat buruk, dinding dan lantai sangat terkontaminasi kotoran manusia dan hewan. 

Dalam upaya untuk mengungkap kekuatan yang memicu kekerasan yang meluas terhadap Çatalhöyük, para peneliti telah mengajukan serangkaian hipotesis. Sebuah teori yang menarik menyatakan bahwa pertumbuhan kota yang cepat dan kepadatan penduduk yang tinggi, dengan perkiraan 8.000 penduduk tinggal di wilayah yang relatif kecil, mungkin berkontribusi pada meningkatnya ketegangan dan kerusuhan sosial

Semua kondisi buruk seperti kepadatan penduduk, kekurangan pangan, epidemi, telah menyebabkan kekerasan di kota. Hal ini menjelaskan sisa-sisa tengkorak yang retak yang disebutkan di atas: mereka saling membunuh karena stres, kemarahan, dan kelangsungan hidup. Tragedi-tragedi ini berlanjut satu demi satu dan semakin menyebar seperti sebuah kutukan, hingga kota metropolitan yang makmur itu benar-benar runtuh.

Faktor lingkungan mungkin juga berperan dalam kematian Çatalhöyük. Kekeringan, kelangkaan sumber daya, atau penyebaran penyakit dapat memperburuk kesenjangan sosial dan ekonomi yang ada, sehingga menyebabkan persaingan, konflik, dan pada akhirnya kekerasan.

Kerangka berusia 9.000 tahun di Çatalhöyük menceritakan kisah tragis runtuhnya sebuah peradaban besar. “Kutukan” yang tersembunyi di dalam kerangka-kerangka ini bukan hanya sebuah peringatan akan adanya kekerasan namun juga sebuah bukti betapa rapuhnya masyarakat manusia dalam menghadapi perubahan lingkungan dan sosial. Penemuan ini memberikan kontribusi penting dalam studi sejarah manusia, membantu kita lebih memahami masa lalu dan tantangan yang dihadapi nenek moyang kita