UMM: Bersama Pakar dari Yunani Prodi Ilmu Komunikasi UMM Kaji Troll Factory yang Meresahkan

Kampus UMM
Sumber :
  • IG/lingkarmalang

Malang, WISATA – Kasus konflik sosial, saling caci di media sosial, perang informasi di media sosial semakin meresahkan. Menurut Mustafa Selcuk dari Aristotle University of Thessaloniki Yunani, di sela Kuliah Tamu Internasional di Program Studi Ilmu Komunikasi Universitas Muhammadiyah Malang (UMM), perang informasi ini tidak selalu alami, namun direkayasa oleh pihak-pihak tertentu dengan memanfaatkan troll factory, perusahaan agensi internet yang menyediakan pengelolaan isu menggunakan influencer, buzzer ataupun bot. 

UMM: Kembangkan Alat Bantu Jalan untuk Lansia Pengganti Tongkat

Cara kerja troll factory adalah dengan cara memelihara buzzer dan lainnya seperti tersebut diatas,  dan menggunakan informasi hoaks untuk menyerang lawan atau mengadu domba kelompok-kelompok agar terpolarisasi semakin tajam. 

Perang informasi di media mirip dengan perang di dunia nyata. Perang siber bisa berupa serangan virus komputer, mengganggu radar, meng-enkripsi transmisi radio, dan membom pusat relai komunikasi.

Waspada! Ada Berita Menyesatkan (Hoaks) Terbaru tentang Pinjaman Dana Kredit dari Bank Indonesia

Selanjutnya Mustafa Selcuk mengatakan bahwa perang informasi tidak terbatas pada dunia militer walau dapat digunakan untuk mendukung strategi militer nasional. Perang informasi bukan hanya serangan siber, tetapi juga bergantung pada kampanye media sosial untuk menyebarkan kepentingan dan narasi aktor melalui platform media sosial. 

Sementara Kaprodi Komunikasi UMM, Nasrullah mengingatkan mahasiswa agar tidak mudah terprovokasi dan masuk ke dalam echo chamber secara emosional ketika menerima informasi dari media sosial. 

DRAKOR: ‘The Escape of The Seven: Resurrection’ Lebih Menggoda dengan Kembalinya Uhm Ki Joon

Troll Factory merujuk pada organisasi yang secara sistematis memproduksi dan menyebarkan disinformasi dan konten provokatif melalui media sosial dan platform online. Tujuannya adalah untuk memanipulasi opini publik, mempengaruhi hasil pemilihan, atau menciptakan ketidakstabilan sosial dan politik.

Salah satu contoh terkenal adalah Internet Research Agency (IRA) di Rusia. Didirikan sekitar tahun 2013, IRA dikenal karena upayanya untuk mengintervensi pemilihan presiden Amerika Serikat pada tahun 2016 dengan menyebarkan propaganda politik yang bertujuan untuk memperburuk perpecahan sosial di Amerika. Taktik mereka termasuk pembuatan akun palsu, pembuatan berita bohong, dan manipulasi diskusi online.

Halaman Selanjutnya
img_title