Mengenal Epictetus, Filsuf Budak yang Menjadi Guru Para Kaisar
- Cuplikan layar
Salah satu prinsip utamanya adalah membedakan antara apa yang bisa kita kendalikan dan apa yang tidak. Pikiran, sikap, dan tindakan adalah wilayah kita; sementara cuaca, opini orang lain, bahkan keberuntungan, bukan tanggung jawab kita.
“Bukan hal-hal itu sendiri yang mengganggu manusia, tetapi pendapat mereka tentang hal-hal itu.” – Epictetus
Ajaran ini memberi kekuatan batin pada siapa pun, termasuk mereka yang hidup dalam keterbatasan. Epictetus menunjukkan bahwa bahagia dan bebas bukan soal status sosial, tetapi soal cara berpikir.
Di Balik Kekuasaan, Ada Epictetus
Marcus Aurelius, kaisar Romawi yang memerintah di puncak kejayaan Kekaisaran Roma, dikenal sebagai salah satu penguasa paling bijak dalam sejarah. Ia menulis buku berjudul Meditations, yang hingga kini menjadi literatur klasik Stoikisme. Dalam banyak bagian buku tersebut, jelas terlihat pengaruh ajaran Epictetus.
Bayangkan, seorang yang pernah menjadi budak justru menginspirasi kaisar terbesar pada zamannya. Ini menunjukkan bahwa kebijaksanaan tidak mengenal kelas sosial. Dalam dunia di mana kekuasaan dan harta sering menjadi ukuran nilai seseorang, kisah Epictetus adalah pengingat bahwa karakter dan cara berpikir jauh lebih penting.
Relevansi Epictetus di Era Modern