Seneca Mengajarkan: Berani Itu Merdeka
- Cuplikan layar
Jakarta, WISATA – Di tengah dunia yang penuh ketidakpastian, ketakutan, dan tekanan sosial, keberanian menjadi sesuatu yang langka namun sangat dibutuhkan. Seneca, filsuf Stoik dari Roma kuno, menekankan bahwa keberanian sejati bukan soal tidak takut, melainkan soal merdeka dari rasa takut. Menurutnya, hanya orang yang berani yang benar-benar bebas.
Dalam ajaran Stoik, keberanian bukan hanya tentang aksi heroik di medan perang atau berani mengambil risiko besar. Keberanian adalah sikap mental yang memungkinkan kita untuk menghadapi hidup, kematian, kehilangan, kritik, dan bahkan kesepian tanpa kehilangan ketenangan batin. Seneca mengatakan bahwa orang yang berani adalah orang yang tidak dikendalikan oleh rasa takut—dan itu adalah bentuk kebebasan tertinggi.
Apa Arti Keberanian Menurut Seneca?
Seneca menyatakan bahwa keberanian adalah bagian dari kebajikan, dan kebajikan adalah satu-satunya hal yang benar-benar bernilai dalam hidup. Segala bentuk ketakutan, menurutnya, berasal dari persepsi keliru tentang apa yang baik dan buruk. Kita sering takut kehilangan uang, status, atau hubungan, padahal hal-hal itu berada di luar kendali kita. Sebaliknya, yang seharusnya kita takuti justru adalah kehilangan integritas diri dan kejernihan berpikir.
Keberanian, bagi Seneca, adalah kemampuan untuk berdiri tegak di tengah badai hidup dengan tetap memegang prinsip dan logika. Ia menulis, “Seorang yang bijak tidak takut pada kemiskinan, tidak gentar terhadap kematian, dan tidak goyah saat dunia seolah-olah runtuh.” Inilah bentuk kemerdekaan sejati: merdeka dari ketakutan.
Berani Itu Merdeka dari Ketergantungan
Di era modern ini, banyak dari kita yang menjadi budak ketergantungan—baik pada opini orang lain, media sosial, atau bahkan pada rutinitas yang tak lagi bermakna. Seneca mengajarkan bahwa keberanian juga berarti berani melepaskan hal-hal yang tidak kita perlukan untuk hidup secara autentik.