Epictetus: Filosofi Hidup Tenang di Tengah Dunia yang Bising
- Cuplikan layar
Di tengah budaya serba instan dan haus validasi, ajaran Epictetus bisa terasa seperti perlawanan. Ia tidak mengajarkan untuk menjadi populer, kaya raya, atau berkuasa. Sebaliknya, ia menekankan pentingnya integritas, kesederhanaan, dan kesadaran diri.
“Orang bijak tidak hidup untuk penampilan, tapi karena ia ingin menjalani hidup yang benar.”
Kutipan ini bisa menjadi pegangan bagi siapa pun yang merasa lelah mengejar ekspektasi sosial. Epictetus mengingatkan bahwa kita tidak hidup untuk menyenangkan orang lain. Kita hidup untuk menjadi pribadi yang utuh — jujur, tangguh, dan damai dengan diri sendiri.
Di Tengah Bisingnya Dunia Digital
Epictetus hidup di abad pertama. Namun ajarannya seolah ditulis untuk era media sosial hari ini. Dunia digital sering kali menjadi sumber kebisingan mental: perbandingan hidup di Instagram, debat kusir di Twitter, berita sensasional tanpa verifikasi, hingga tekanan untuk selalu “terlihat sukses”.
Epictetus menyarankan untuk menarik diri dari kebisingan eksternal dan mengembangkan ketenangan internal. Ia menyebut bahwa yang membuat manusia menderita bukan peristiwa itu sendiri, melainkan penilaiannya terhadap peristiwa tersebut.
Dengan kata lain, ketika dunia tampak kacau, kita masih bisa memilih untuk tetap tenang. Saat orang lain panik, kita bisa bersikap stabil. Ketika dunia penuh omong kosong, kita bisa memilih untuk diam dan berpikir.