“Kamu Menjadi Apa yang Kamu Perhatikan” – Makna Mendalam Epictetus yang Relevan di Era Digital
- Image Creator Grok/Handoko
Jakarta, WISATA - Di zaman yang penuh gangguan dan informasi datang bertubi-tubi, kita kerap kehilangan arah. Media sosial, notifikasi ponsel, tren viral, hingga tuntutan produktivitas membuat banyak orang merasa gelisah dan kelelahan secara mental. Di tengah kekacauan ini, kutipan sederhana dari filsuf Stoik kuno, Epictetus, kembali relevan: "You become what you give your attention to" – Kamu menjadi apa yang kamu perhatikan.
Epictetus bukanlah seorang akademisi elite yang hidup dalam kemewahan. Ia lahir sebagai budak di Kekaisaran Romawi dan mengalami penderitaan fisik serta tekanan mental sejak muda. Namun, justru dari kehidupan yang keras itulah muncul pemahaman mendalam tentang bagaimana manusia dapat menemukan ketenangan dan makna hidup. Salah satu ajaran intinya adalah kesadaran akan apa yang kita beri perhatian.
Di Mana Perhatian Kita, Di Situ Energi Kita Mengalir
Epictetus mengingatkan bahwa perhatian adalah bentuk investasi paling berharga dalam hidup. Apa pun yang kita fokuskan — baik atau buruk — akan memengaruhi cara berpikir, emosi, dan akhirnya membentuk karakter kita.
“Jika kamu terus memikirkan rasa takut, kamu menjadi orang yang hidup dalam kecemasan. Jika kamu fokus pada kemarahan, kamu menjadi pribadi yang penuh dendam. Tapi jika kamu memperhatikan kebajikan, kamu akan menjadi pribadi bijak.”
Pernyataan ini terdengar sederhana, tapi sangat dalam. Di dunia modern, kita terlalu mudah memberi perhatian pada hal-hal remeh: komentar negatif di media sosial, gosip artis, atau perbandingan hidup dengan orang lain. Perlahan-lahan, tanpa kita sadari, hal-hal ini membentuk persepsi diri kita dan melemahkan ketenangan batin.
Perhatian adalah Pilihan, Bukan Kewajiban