Pierre Hadot: Kebahagiaan Sejati Tidak Bergantung pada Dunia Luar, Tetapi pada Cara Kita Memaknainya
- Image Creator Grok/Handoko
Filsafat Hadot memberikan alternatif yang bermakna. Ia mengajak kita untuk berhenti sejenak, melihat ke dalam diri, dan menjalani hidup dengan lebih reflektif. Bukan untuk melarikan diri dari kenyataan, tetapi untuk menafsirkan kenyataan dengan lebih matang dan dewasa.
Filsafat Bukan Milik Akademisi Saja
Hal yang menarik dari Hadot adalah keyakinannya bahwa filsafat bukanlah milik para profesor dan akademisi semata. Siapa pun bisa menjadi filsuf dalam hidupnya sendiri, asalkan bersedia merenung, bertanya, dan belajar dari pengalaman. Seorang petani, sopir, guru, bahkan ibu rumah tangga bisa menjadi filsuf jika mereka menjadikan hidup sebagai sarana pencarian makna.
Ia juga menyarankan agar kita kembali membaca karya-karya klasik, bukan hanya untuk pengetahuan, tetapi untuk inspirasi hidup. Marcus Aurelius, misalnya, dalam Meditations, memberikan contoh nyata bagaimana seorang pemimpin dunia Romawi sekaligus seorang filsuf dapat menghadapi tekanan dengan bijaksana.
Filsafat sebagai Terapi Jiwa
Hadot menyebut bahwa praktik filsafat dapat berfungsi sebagai terapi jiwa. Seperti halnya psikoanalisis modern, filsafat kuno juga bertujuan menyembuhkan manusia dari ketakutan, kecemasan, dan penderitaan batin. Namun, filsafat melakukannya melalui logika, pengendalian emosi, dan kesadaran akan ketidakkekalan dunia.
Dengan mendalami pemikiran Hadot, seseorang bisa menyadari bahwa penderitaan tak selalu berasal dari luar, melainkan dari cara kita menafsirkan realitas. Ketika tafsir kita berubah, penderitaan pun bisa bertransformasi menjadi pelajaran hidup.