Seneca: Siapa yang Berani, Dialah yang Bebas
- Cuplikan layar
Jakarta, WISATA — Filsuf Romawi Stoik yang terkenal, Lucius Annaeus Seneca, menyampaikan sebuah pemikiran tajam dan mendalam:
“He who is brave is free.”
(“Ia yang berani adalah orang yang bebas.”)
Kutipan ini, meskipun singkat, menyimpan makna yang luar biasa dalam mengenai hubungan antara keberanian dan kebebasan sejati dalam hidup manusia.
Keberanian sebagai Jalan Menuju Kebebasan
Seneca percaya bahwa keberanian bukan hanya soal berani menghadapi bahaya fisik, tetapi juga keberanian untuk menghadapi kebenaran, emosi, penderitaan, dan ketidakpastian hidup. Orang yang berani adalah mereka yang tidak tunduk pada rasa takut, tidak dikuasai oleh keinginan yang berlebihan, dan tidak terbelenggu oleh opini orang lain.
Kebebasan dalam Stoikisme bukan semata kebebasan fisik atau politik, melainkan kebebasan batin. Seorang yang berani adalah ia yang telah membebaskan dirinya dari belenggu ketakutan, ambisi kosong, dan hasrat duniawi yang merusak.
Apa Arti Menjadi Bebas?
Dalam filsafat Seneca, kebebasan bukanlah tentang memiliki banyak pilihan, tetapi tentang menguasai diri sendiri. Orang yang bebas adalah:
- Tidak dikendalikan oleh ketakutan akan kemiskinan, kegagalan, atau kematian.
- Tidak menjadi budak dari keinginan atau kesenangan sesaat.
- Mampu bertindak sesuai dengan nilai dan akal sehat, bukan dorongan emosi.