Massimo Pigliucci: “Ketakutan Terbesar Adalah Tidak Mengenal Diri”

Massimo Pigliucci
Sumber :
  • Cuplikan layar

Malang, WISATA — Dalam dunia yang semakin cepat, penuh distraksi, dan sarat tekanan sosial, pertanyaan tentang jati diri semakin jarang diajukan. Kita disibukkan oleh pencapaian eksternal, validasi media sosial, dan ketakutan akan kegagalan. Namun di tengah kebisingan zaman ini, filsuf modern Massimo Pigliucci mengingatkan satu hal yang esensial: “Ketakutan terbesar adalah tidak mengenal diri.”

Kutipan Stoik Marcus Aurelius yang Cocok Ditempel di Dinding Kamar

Melalui pendekatan Stoik yang diperbarui untuk masyarakat kontemporer, Pigliucci menyoroti pentingnya introspeksi, refleksi diri, dan pemahaman mendalam tentang nilai serta prinsip hidup yang diyakini individu. Dalam artikel ini, kita akan membedah makna kutipan tersebut dan bagaimana filsafat Stoik menawarkan panduan konkret untuk menjawab pertanyaan: Siapa sebenarnya diri kita?

Stoisisme dan Seni Mengenal Diri

Marcus Aurelius dan Cara Menjadi Manusia yang Tidak Mudah Terpancing Emosi

Stoisisme, aliran filsafat kuno dari Yunani dan Roma, berfokus pada kebajikan, logika, dan kendali atas hal-hal yang berada dalam kuasa kita. Salah satu aspek paling penting dalam Stoisisme adalah praktik mengenal diri (self-knowledge). Bagi Epictetus, salah satu guru besar Stoik, “hanya orang bodoh yang tidak pernah memeriksa hidupnya.” Gagasan ini dihidupkan kembali oleh Pigliucci melalui tulisan dan pengajarannya.

Menurutnya, banyak orang merasa takut gagal, takut ditolak, atau takut tidak mencapai standar sosial tertentu. Namun, di balik semua itu tersembunyi ketakutan yang lebih mendalam—tidak mengenal siapa diri kita sebenarnya, apa yang benar-benar penting bagi kita, dan nilai-nilai apa yang ingin kita bawa dalam hidup.

Mengapa Stoisisme Marcus Aurelius Cocok untuk Generasi Z dan Milenial?

Mengapa Tidak Mengenal Diri Itu Berbahaya?

Dalam buku How to Be a Stoic, Pigliucci menekankan bahwa hidup tanpa refleksi ibarat mengendarai kapal tanpa kompas. Tanpa pemahaman yang jelas tentang siapa diri kita, kita cenderung hidup reaktif terhadap dunia luar, mudah terombang-ambing oleh opini publik, dan kehilangan arah ketika menghadapi kesulitan.

Halaman Selanjutnya
img_title