Kebebasan Memilih Sikap: Pelajaran Stoik dari Massimo Pigliucci untuk Menghadapi Hidup Modern
- Cuplikan layar
Artinya, meskipun hidup menghadirkan hal-hal di luar kendali kita—kemacetan, konflik kerja, kesedihan personal—selalu ada ruang batin tempat kita bisa memilih: Apakah kita marah? Apakah kita menyerah? Atau kita menerima dan melangkah maju dengan tenang?
Keseharian yang Bisa Dikuasai dengan Sikap
Contoh paling nyata adalah dari kehidupan sehari-hari. Seorang ibu rumah tangga yang harus mengurus anak-anak sambil bekerja dari rumah bisa merasa kewalahan. Namun ketika ia sadar bahwa sikapnya adalah sesuatu yang bisa dikendalikan, maka ia bisa mengubah stres menjadi ketabahan. Demikian pula seorang pekerja yang menghadapi atasan yang tidak adil: ia mungkin tidak bisa mengubah sikap atasannya, tetapi bisa mengontrol responsnya sendiri—menjaga profesionalisme dan martabat diri.
Massimo Pigliucci dalam beberapa seminar daring menyatakan bahwa tantangan modern seperti media sosial juga menjadi ujian bagi kebebasan memilih sikap. “Kamu bisa memilih untuk tidak terpancing oleh komentar negatif. Kamu bisa memilih untuk tidak membandingkan hidupmu dengan orang lain. Sikapmu bukan tanggapan otomatis; itu keputusan sadar,” ujarnya.
Data dan Dampaknya terhadap Kesehatan Mental
Dalam survei yang dilakukan oleh World Health Organization (WHO) pada tahun 2023, diketahui bahwa lebih dari 60% responden global menyatakan kecemasan mereka disebabkan oleh ketidakpastian dan tekanan eksternal. Namun studi lanjutan dari Harvard Medical School juga menunjukkan bahwa latihan pengendalian sikap, seperti meditasi Stoik dan refleksi harian, mampu menurunkan tingkat stres secara signifikan hingga 45%.
Pilihan sikap juga berkaitan erat dengan daya tahan psikologis atau resilience. Orang-orang yang terbiasa memilih untuk tetap positif, tenang, dan bertindak bijak meski dalam tekanan, cenderung memiliki kualitas hidup yang lebih baik, hubungan sosial yang lebih sehat, dan produktivitas kerja yang lebih tinggi.