John Sellars: Kemarahan Adalah Tanda Kita Kehilangan Kendali atas Diri Sendiri

John Sellars
Sumber :
  • Cuplikan Layar

Malang, WISATA – Di tengah kehidupan yang serba cepat dan penuh tekanan, banyak orang mengalami ledakan emosi yang tak terkendali. Filsuf kontemporer John Sellars memberikan pengingat tajam dalam satu kalimat penuh makna: Kemarahan adalah tanda kita kehilangan kendali atas diri kita sendiri.” Pernyataan ini tidak hanya menohok, tetapi juga membuka refleksi mendalam tentang bagaimana kita mengelola emosi dalam kehidupan modern.

Seneca: Berkah Terbesar Manusia Ada Dalam Diri dan Dapat Dicapai

Sebagai salah satu tokoh utama dalam kebangkitan Stoikisme di abad ke-21, John Sellars berfokus pada bagaimana nilai-nilai filsafat kuno dapat diterapkan secara praktis di zaman sekarang. Dalam karya-karyanya seperti Lessons in Stoicism dan Stoicism and the Art of Happiness, ia menekankan pentingnya pengendalian diri, kesadaran, dan tanggung jawab personal sebagai kunci kehidupan yang bermakna.

Makna di Balik Kemarahan

Seneca: Hidup Selaras dengan Alam, Jalan Menuju Kekayaan Sejati

Bagi para Stoik, termasuk Sellars, kemarahan bukan sekadar emosi negatif, tetapi gejala dari sesuatu yang lebih dalam: hilangnya kendali atas pikiran dan reaksi kita. Dalam Stoikisme, manusia dianggap sebagai makhluk rasional yang memiliki kendali penuh terhadap respons mereka, meskipun tidak terhadap kejadian di luar diri.

Ketika seseorang marah, berarti ia menyerahkan kendali atas dirinya kepada sesuatu atau seseorang di luar. Ini bertentangan dengan prinsip utama Stoikisme yang menekankan bahwa hanya pikiran dan tindakan kita sendiri yang berada dalam kuasa kita. Maka dari itu, kemarahan bukan tanda kekuatan, melainkan kelemahan.

Seneca: Kita Lebih Banyak Menderita dalam Imajinasi daripada Kenyataan

Stoikisme dan Pengendalian Emosi

Sellars menjelaskan bahwa emosi bukan untuk ditekan atau diabaikan, tetapi untuk dipahami. Dalam konteks kemarahan, langkah pertama adalah menyadari keberadaannya, lalu mencari akar penyebabnya. Apakah karena harapan yang tidak terpenuhi? Atau karena interpretasi kita terhadap sebuah peristiwa?

Halaman Selanjutnya
img_title