Epictetus: “Ingatkan Dirimu Bahwa Apa yang Kamu Cintai Itu Fana”
- Cuplikan layar
1. Membuat Kita Lebih Hadir Penuh
Sering kali kita terjebak dalam rutinitas, merasa bosan, bahkan terganggu dengan kehadiran orang yang kita cintai. Dengan mengingat bahwa waktu bersama mereka terbatas, kita akan lebih hadir secara emosional dan spiritual.
2. Meningkatkan Rasa Syukur
Jika kita sadar bahwa momen bersama orang-orang terkasih bisa menjadi yang terakhir, maka setiap pelukan, tawa, dan percakapan menjadi sesuatu yang sangat berharga.
3. Mengurangi Ketakutan Akan Kehilangan
Dengan melatih pikiran untuk menerima kemungkinan kehilangan, kita tidak lagi terkejut atau terpuruk saat hal itu benar-benar terjadi. Ini bukan berarti menjadi dingin, melainkan menjadi kuat secara emosional.
4. Menghindarkan Kita dari Sikap Menuntut dan Menguasai
Bila kita memahami bahwa seseorang bisa pergi kapan saja, kita tidak akan berusaha mengikat atau mengendalikan mereka. Kita akan lebih menghargai kebebasan dan pilihan mereka.
Mengelola Cinta dan Kehilangan dalam Perspektif Stoik
Filosofi Stoik bukanlah ajaran yang kaku dan tanpa perasaan. Sebaliknya, ia mengajarkan cinta yang dalam—namun bukan cinta yang melekat secara berlebihan. Epictetus mengajarkan cinta yang sadar, cinta yang menghargai, dan cinta yang siap melepaskan saat waktunya tiba.
Dengan perspektif ini, kita bisa mencintai tanpa takut kehilangan, karena kita telah berdamai dengan kefanaan sejak awal. Kita tidak menyangkal kenyataan pahit, tapi menghadapinya dengan kepala tegak.