Epictetus: “Ingatkan Dirimu Bahwa Apa yang Kamu Cintai Itu Fana”
- Cuplikan layar
“Remind yourself that what you love is mortal … at the very moment you are taking joy in something, present yourself with the opposite impressions. What harm is it, just when you are kissing your little child, to say: Tomorrow you will die, or to your friend similarly: Tomorrow one of us will go away, and we shall not see one another any more.”
—Epictetus
Jakarta, WISATA - Hidup sering kali membuat kita terlena dalam kenikmatan sesaat—momen-momen kebahagiaan yang seolah tak akan pernah usai. Kita mencintai orang-orang terdekat kita, pasangan, anak-anak, sahabat, dan keluarga, seakan-akan mereka akan selalu ada bersama kita. Namun, filsuf Stoik Epictetus mengingatkan kita dengan cara yang mengejutkan: bahwa semua yang kita cintai adalah fana, dan suatu hari, mungkin besok, segalanya bisa berubah.
Memento Mori: Mengingat Kematian untuk Menghargai Kehidupan
Konsep “Memento Mori”—ingatlah bahwa kamu akan mati—merupakan bagian tak terpisahkan dari filosofi Stoik. Epictetus, dalam salah satu kutipan terkenalnya, mengajak kita untuk tidak hanya menyadari kefanaan diri kita sendiri, tetapi juga kefanaan segala hal yang kita cintai.
Ketika kita mencium anak kita dengan penuh kasih, ia menganjurkan agar kita secara sadar membisikkan kepada diri sendiri: “Besok kamu bisa saja tiada.” Saat bersama sahabat dekat, kita diingatkan untuk menyadari: “Besok, salah satu dari kita mungkin pergi, dan tidak akan bertemu lagi.”
Bukan untuk menakuti, tetapi untuk menghargai sepenuhnya setiap detik yang kita jalani.
Mengapa Kesadaran akan Kefanaan Itu Penting?