Sun Tzu: Seni Perang adalah Urusan Hidup dan Mati yang Tak Boleh Diabaikan oleh Negara

Sun Tzu (sekitar 544–496 SM)
Sumber :
  • Cuplikan layar

The art of war is of vital importance to the State. It is a matter of life and death, a road either to safety or to ruin. Hence it is a subject of inquiry which can on no account be neglected.” — Sun Tzu

Sun Tzu: Hasil Besar Bisa Dicapai dengan Kekuatan Kecil

Jakarta, WISATA — Dalam dunia militer dan kepemimpinan strategis, Sun Tzu dikenal sebagai tokoh yang pemikirannya melampaui zamannya. Salah satu kutipan paling terkenal dari karya legendarisnya The Art of War menyebutkan bahwa seni berperang merupakan hal yang sangat penting bagi sebuah negara. Baginya, seni perang bukan hanya soal strategi tempur, melainkan juga soal keberlangsungan hidup suatu bangsa.

Pernyataan tersebut menjadi pengingat kuat bahwa pengelolaan pertahanan negara adalah urusan yang tidak bisa dipandang sebelah mata, apalagi diabaikan. Sun Tzu menyatakan dengan tegas bahwa seni perang adalah persoalan hidup dan mati, jalan menuju keselamatan atau kehancuran. Maka dari itu, mempelajari, memahami, dan menerapkannya adalah suatu keharusan mutlak bagi para pemimpin negara dan jajarannya.

Sun Tzu: Lima Cacat Berbahaya dalam Kepemimpinan Seorang Jenderal

Seni Perang Bukan Hanya Soal Senjata

Sun Tzu menekankan bahwa seni perang bukan sekadar kekuatan militer atau persenjataan canggih, melainkan juga mencakup strategi, diplomasi, moral pasukan, kondisi rakyat, hingga pengelolaan sumber daya. Negara yang mengabaikan seni perang berisiko membuat keputusan gegabah dalam kondisi krisis, baik dalam menghadapi ancaman luar negeri maupun konflik internal.

Sun Tzu: Penghargaan atas Jasa Baik Tidak Boleh Ditunda Sehari pun

Di era modern, pemahaman ini relevan dengan bagaimana negara membangun sistem pertahanan yang tangguh, cerdas, dan adaptif terhadap ancaman siber, infiltrasi ideologi radikal, serta disrupsi ekonomi global yang dapat mengganggu stabilitas nasional.

Konteks Indonesia dalam Menjaga Stabilitas

Indonesia sebagai negara kepulauan dengan ribuan pulau dan populasi terbesar keempat di dunia memiliki tantangan tersendiri dalam menjaga kedaulatan wilayah dan stabilitas nasional. Maka dari itu, pemahaman mendalam tentang strategi pertahanan negara—baik dari segi militer, sosial, hingga ekonomi—menjadi hal vital.

Pemerintah Indonesia melalui kebijakan pertahanan negara semesta, modernisasi alat utama sistem senjata (alutsista), serta peningkatan kapasitas TNI menunjukkan keseriusan dalam menjaga prinsip bahwa pertahanan adalah urusan seluruh bangsa, bukan semata-mata urusan militer.

Namun, seperti yang disampaikan Sun Tzu, bukan hanya kekuatan yang penting, melainkan juga bagaimana kekuatan itu digunakan secara bijak. Artinya, edukasi strategis, latihan gabungan, serta pembentukan kepemimpinan visioner di tubuh pertahanan negara harus terus ditingkatkan.

Belajar dari Negara-Negara Maju

Negara-negara seperti Singapura, Israel, dan Korea Selatan menjadi contoh bagaimana pemahaman terhadap seni perang menjadi bagian dari strategi nasional. Mereka tidak hanya memperkuat militer secara fisik, tetapi juga mempersiapkan warganya melalui pendidikan, kedisiplinan, dan kesadaran kolektif akan pentingnya keamanan nasional.

Sun Tzu mengajarkan bahwa dalam menghadapi ancaman, pengetahuan yang mendalam akan kondisi lawan dan diri sendiri akan menentukan kemenangan. Negara yang cerdas adalah negara yang mempersiapkan diri sebelum ancaman datang, bukan yang baru bergerak setelah terjadi serangan.

Seni Perang di Era Digital

Hari ini, peperangan tidak selalu berupa pertempuran bersenjata. Perang informasi, perang siber, dan perang ideologi justru menjadi bentuk ancaman nyata yang merusak dari dalam. Maka seni perang yang dimaksud Sun Tzu kini harus dimaknai dalam konteks kekinian—mencakup pertahanan digital, kecerdasan buatan, dan kontrol narasi publik di media sosial.

Ketika Sun Tzu mengatakan bahwa seni perang adalah urusan hidup dan mati, ia tidak membatasi maknanya pada medan pertempuran. Di era digital ini, pertempuran bisa terjadi di ruang maya, di pasar global, bahkan dalam arus informasi yang menyasar emosi rakyat.

Penutup: Jangan Pernah Abaikan Strategi

Sun Tzu menutup kutipannya dengan peringatan bahwa seni perang adalah subjek yang sama sekali tidak boleh diabaikan. Ini adalah pesan langsung kepada para pemimpin: jika ingin negaranya selamat, stabil, dan berdaulat, maka strategi pertahanan dan kesiapsiagaan nasional harus menjadi prioritas utama.

Indonesia yang sedang bergerak menuju era digital, pertumbuhan ekonomi, dan posisi strategis di dunia global harus menempatkan prinsip ini sebagai pondasi dalam menyusun kebijakan nasional. Sebab seperti kata Sun Tzu, pilihan kita hari ini akan menentukan apakah kita akan menuju keselamatan atau kehancuran.