Belajar dari Donald Robertson: Menanggapi Perasaan dengan Bijak, Bukan Dikuasai Emosi

Donald Robertson, Tokoh Stoik Modern
Sumber :
  • Image Creator/Handoko

“Apa yang penting bukanlah apa yang kita rasakan, tetapi bagaimana kita menanggapi perasaan tersebut.”
Donald Robertson

Epictetus: “Aku Menertawakan Mereka yang Mengira Bisa Menyakiti Diriku”

Jakarta, WISATA - Emosi adalah bagian tak terpisahkan dari kehidupan manusia. Kita merasa senang saat mendapat kabar baik, sedih ketika kehilangan, dan marah ketika diperlakukan tidak adil. Namun, seperti yang dikemukakan oleh Donald Robertson, penulis dan psikoterapis yang memopulerkan Stoikisme di era modern, perasaan bukanlah musuh yang harus dihindari, melainkan sinyal yang perlu ditanggapi dengan kesadaran dan kebijaksanaan.

Kutipan Robertson di atas menggambarkan inti dari Stoikisme:
bukan tentang menekan perasaan, tetapi bagaimana kita memilih untuk merespons perasaan itu secara bijak dan rasional.

❝ Marcus Aurelius: Menyesuaikan Diri dengan Lingkungan dan Mencintai Sesama adalah Jalan Hidup yang Bijaksana ❞

Dalam dunia yang semakin reaktif dan emosional, pesan ini terasa semakin relevan. Bagaimana kita menyikapi emosi dapat menentukan kualitas hubungan, keputusan penting, bahkan arah hidup kita secara keseluruhan.

Stoikisme dan Kesehatan Mental

Aurelius: “Cintailah Hanya Apa yang Terjadi, Apa yang Telah Ditakdirkan. Tak Ada Harmoni yang Lebih Besar dari Itu.”

Donald Robertson banyak mengaitkan filsafat Stoik dengan praktik terapi modern, khususnya terapi kognitif perilaku (CBT). Dalam pandangannya, ajaran para filsuf Stoik seperti Epictetus, Seneca, dan Marcus Aurelius memiliki kedalaman psikologis yang luar biasa, bahkan lebih dari 2000 tahun lalu.

CBT dan Stoikisme sama-sama menekankan bahwa pikiran memengaruhi perasaan dan perilaku. Saat kita belajar untuk mengevaluasi dan merespons pikiran secara sehat, kita pun dapat mengelola perasaan negatif tanpa harus terseret olehnya.

Halaman Selanjutnya
img_title