Socrates dan Kebahagiaan Sejati: Dekat dengan Tuhan Lewat Hidup yang Sederhana
- Image Creator Grok/Handoko
Kutipan Socrates juga mengajak kita untuk merenungkan budaya konsumtif yang melekat kuat dalam masyarakat masa kini. Banyak orang berlomba-lomba membeli barang mewah, mengejar status sosial, atau menumpuk harta tanpa akhir. Namun sering kali, semua itu justru menambah beban pikiran dan mengikis ketenangan batin.
Socrates bukan menolak kenikmatan hidup, tetapi ia mengajarkan bahwa kebahagiaan bukan terletak pada jumlah barang yang dimiliki, melainkan pada kemampuan untuk melepaskan keinginan yang tidak perlu.
Sebagaimana disampaikan oleh banyak psikolog dan peneliti kebahagiaan modern, tingkat kepuasan hidup seseorang lebih dipengaruhi oleh hubungan sosial yang sehat, rasa syukur, serta kehidupan yang bermakna—bukan oleh akumulasi kekayaan semata.
Socrates: Filsuf yang Hidup Konsisten dengan Ajarannya
Yang menarik, Socrates tidak hanya menyampaikan ide ini dalam bentuk kata-kata. Ia juga menjalani hidup yang sederhana dan bersahaja. Ia tidak memiliki rumah mewah, tidak mengenakan pakaian indah, dan tidak mengejar jabatan politik meskipun memiliki pengaruh besar di Athena. Ia hidup untuk mencari kebenaran, berdiskusi dengan orang-orang di pasar, dan menantang mereka untuk berpikir lebih dalam tentang hidup.
Socrates percaya bahwa hidup yang baik adalah hidup yang diperiksa—the unexamined life is not worth living. Baginya, memeriksa hidup berarti mengevaluasi apakah keinginan kita benar-benar dibutuhkan, atau hanya dorongan sesaat yang menipu pikiran.
Relevansi dalam Kehidupan Sehari-hari