Plato dan Socrates: Ketika Kebenaran Filsafat Dipertanyakan oleh Sang Guru Sendiri
- Image Creator/Handoko
Meskipun dikritik oleh Socrates, Plato tetap dikenang sebagai pemikir besar yang membawa warisan Socrates ke dalam bentuk tulisan. Ia menyadari bahwa Socrates tidak pernah menulis apapun, sehingga ia merasa perlu untuk merekam pemikiran gurunya, meski melalui interpretasi pribadinya.
Beberapa sejarawan filsafat bahkan menyebut bahwa dalam karya awal Plato, suara Socrates masih sangat dominan. Namun dalam karya-karya selanjutnya seperti The Republic dan Timaeus, pengaruh pemikiran Plato sendiri lebih mencolok dan tampak berkembang jauh melampaui apa yang mungkin pernah dikatakan oleh Socrates.
Ini menunjukkan bahwa meskipun sempat “dimarahi” oleh gurunya sendiri, Plato tumbuh menjadi filsuf mandiri yang tak hanya mewarisi, tetapi juga memperluas cakrawala filsafat Yunani.
Pelajaran Etika dari Sebuah Kritik
Ungkapan Socrates kepada Plato, jika ditinjau lebih dalam, bukan semata-mata teguran, melainkan pelajaran tentang pentingnya kejujuran intelektual. Ia tidak melarang Plato menulis, tetapi mengingatkan agar tidak menyandarkan gagasan pribadi pada orang lain, apalagi tokoh yang dihormati, tanpa klarifikasi yang tepat.
Dalam dunia pendidikan dan komunikasi modern, pelajaran ini sangat penting. Mengutip atau mewakilkan pandangan kepada tokoh tertentu harus dilakukan dengan penuh tanggung jawab. Kita harus membedakan antara kutipan, parafrase, dan interpretasi agar tidak menyesatkan pembaca.
Menghidupkan Nilai Filsafat di Era Digital