John Sellars: “Mengendalikan Emosi Bukan Menekan Perasaan, Melainkan Memilih Reaksi yang Tepat atas Perasaan Tersebut”
- Cuplikan Layar
Dari Refleksi Diri ke Pengambilan Keputusan yang Bijak
Kutipan Sellars tersebut menekankan bahwa manusia tetap akan merasakan emosi—marah, kecewa, cemas, bahagia, sedih, dan lain sebagainya. Namun perbedaan mendasarnya terletak pada bagaimana kita bereaksi terhadap emosi tersebut.
“Banyak orang merasa bersalah hanya karena mereka merasa marah atau sedih. Padahal perasaan itu alami,” jelas Sellars dalam salah satu wawancaranya. “Yang membedakan kita adalah apakah kita membiarkan emosi itu mengendalikan kita, atau kita memilih bagaimana meresponsnya.”
Dalam bukunya Lessons in Stoicism, Sellars menulis bahwa respons kita terhadap suatu kejadian—dan bukan kejadian itu sendiri—yang menentukan apakah kita akan hidup dalam ketenangan atau kegelisahan.
Mengapa Reaksi Lebih Penting dari Emosi Itu Sendiri
Kehidupan modern sering kali membuat kita reaktif. Dalam satu hari saja, kita bisa menerima puluhan rangsangan emosional: pesan instan, komentar di media sosial, tekanan pekerjaan, hingga masalah keluarga. Stoikisme menawarkan alternatif: berhenti sejenak dan memilih dengan sadar bagaimana kita akan bertindak.
Sellars menekankan pentingnya "jeda sadar" antara stimulus dan respons. “Kita tidak bisa menghindari rasa kecewa ketika gagal, tetapi kita bisa memilih untuk belajar darinya ketimbang larut dalam kesedihan,” tulisnya.