Menggali Filsafat Epikuros: Menemukan Kedamaian Hidup Tanpa Takut Mati

Epikuros (341–270 SM)
Sumber :
  • Image Creator Grok/Handoko

Konsep ini dikenal dengan istilah ataraxia (ketenangan batin) dan aponia (kebebasan dari rasa sakit jasmani), dua elemen penting dalam hidup bahagia menurut Epikuros.

Seneca: Waktu, Harta Paling Berharga yang Sering Terabaikan

Pengaruh Epikurianisme dalam Sejarah

Ajaran Epikuros diteruskan oleh filsuf Romawi bernama Lucretius, melalui karya monumentalnya De Rerum Natura (Tentang Hakikat Alam). Di dalamnya, Lucretius menjelaskan filsafat Epikuros dengan gaya puisi yang indah.

Socrates: Hidup yang Tak Direfleksikan, Tak Layak Dijalani

Namun, pada Abad Pertengahan, Epikurianisme dianggap sesat oleh Gereja karena pandangannya yang materialistik dan dianggap ateistik. Banyak tulisannya hilang, namun berkat penemuan kembali manuskrip Lucretius pada era Renaisans, pemikiran Epikuros hidup kembali dan memengaruhi perkembangan ilmu pengetahuan modern.

Pelajaran untuk Dunia Modern

Massimo Pigliucci: “Berpikir Kritis adalah Fondasi dari Hidup yang Bijak”

Di tengah dunia yang dipenuhi oleh kecemasan sosial, tekanan pekerjaan, dan pencarian akan makna hidup, pemikiran Epikuros menawarkan alternatif yang menenangkan. Kita diajak untuk fokus pada hal-hal esensial, memperkuat hubungan dengan orang-orang terdekat, serta memandang hidup dan kematian dengan kepala dingin.

Pemikiran ini juga mendorong kita untuk tidak mudah terjebak dalam ambisi kosong dan rasa takut yang tidak berdasar, terutama yang bersumber dari ketidaktahuan.

Halaman Selanjutnya
img_title