Socrates: “Cinta Mengajarkan Kita untuk Mendengarkan dengan Hati, Bukan Hanya dengan Telinga”
- Image Creator/Handoko
Jakarta, WISATA - Socrates, filsuf besar dari Yunani kuno, dikenal bukan hanya karena metode dialektikanya yang terkenal, tetapi juga karena kebijaksanaannya dalam memahami sisi terdalam kehidupan manusia, termasuk soal cinta. Salah satu kutipan yang menggugah hati dari Socrates berbunyi:
“Cinta mengajarkan kita untuk mendengarkan dengan hati, bukan hanya dengan telinga.”
Kata-kata ini menyimpan makna mendalam tentang bagaimana cinta, dalam bentuknya yang paling murni, mampu membentuk manusia menjadi pribadi yang lebih peka, empatik, dan bijak. Dalam dunia yang semakin sibuk dan penuh distraksi, Socrates mengajak kita kembali ke hakikat cinta sebagai sarana untuk memahami, bukan sekadar merespons.
Cinta dan Seni Mendengarkan
Dalam tradisi filsafat Socrates, mendengarkan bukanlah tindakan pasif. Bagi Socrates, mendengarkan adalah bagian dari proses belajar yang aktif. Ketika seseorang mendengarkan dengan hati, ia tidak hanya menerima suara, tetapi juga meresapi perasaan, menangkap makna tersembunyi, dan memahami emosi yang tersirat.
Cinta yang sejati bukanlah sekadar perasaan romantis atau ketertarikan sesaat. Cinta adalah proses memahami jiwa orang lain, dan untuk mencapainya dibutuhkan kesediaan untuk benar-benar hadir dalam percakapan dan hubungan. Mendengarkan dengan hati berarti kita hadir seutuhnya: menyimak, merasakan, dan tidak menghakimi.
Antara Rasionalitas dan Emosi