Mengupas The Almanack of Naval Ravikant: Panduan Menuju Pencapaian Kekayaan dan Kebahagiaan

The Almanack of Naval Ravikant, A Guide to Wealth and Happiness
Sumber :
  • sumanjana.com

Malang, WISATA – Di era digital yang serba cepat ini, banyak orang mengejar kesuksesan dan kekayaan tanpa pernah benar-benar merasakan kebahagiaan. Namun, Naval Ravikant, seorang investor teknologi sekaligus filsuf modern, memberikan pendekatan berbeda. Lewat buku The Almanack of Naval Ravikant: A Guide to Wealth and Happiness yang disusun oleh Eric Jorgenson, Ravikant membagikan pemikirannya tentang bagaimana menjadi kaya tanpa kehilangan makna hidup.

Seneca: Kemiskinan Membutuhkan Sedikit, Kemewahan Menginginkan Banyak, dan Keserakahan Menginginkan Segalanya

Profil Singkat Naval Ravikant

Naval Ravikant dikenal luas sebagai pendiri AngelList dan investor awal di berbagai perusahaan teknologi raksasa seperti Twitter, Uber, dan Yammer. Namun, kontribusinya tak hanya berhenti di dunia startup. Naval telah menjadi suara yang dihormati dalam ranah pengembangan diri, filosofi modern, dan kebebasan finansial.

Seneca: Kesuksesan Itu Bukan Serakah, Tapi Sering Kali Tak Bermakna

Pemikirannya yang jernih, ringkas, dan aplikatif telah membuat jutaan orang terinspirasi untuk menjalani hidup yang lebih bermakna. Ia percaya bahwa kekayaan sejati bukan sekadar uang, tetapi kemampuan untuk mengatur hidup sesuai keinginan kita sendiri.

Isi Buku: Bukan Buku Biasa tentang Kekayaan

Socrates: “Pilihlah Pengetahuan daripada Kekayaan, Karena Kekayaan Bersifat Sementara, Sedangkan Pengetahuan Abadi”

The Almanack of Naval Ravikant bukan buku motivasi klasik. Buku ini adalah kompilasi dari pemikiran-pemikiran Naval yang diambil dari berbagai cuitan Twitter, wawancara podcast, dan tulisan-tulisan publiknya selama satu dekade lebih. Buku ini terbagi menjadi dua bagian besar: Wealth (Kekayaan) dan Happiness (Kebahagiaan).

Dalam bagian kekayaan, Ravikant menekankan pentingnya leverage atau daya ungkit. Menurutnya, kekayaan besar dibangun dengan menggunakan teknologi, kode, dan modal — bukan dengan menjual waktu. “Belajar menulis kode, membuat media, dan membangun produk yang dapat dipakai ulang,” sarannya.

Halaman Selanjutnya
img_title