Epikuros dan Epikurianisme: Filsafat Kebahagiaan yang Lahir dari Kesederhanaan dan Akal Sehat

Epikuros (341–270 SM)
Sumber :
  • Image Creator Grok/Handoko

3.     Kesenangan tidak alami dan tidak perlu: seperti ambisi kekuasaan, popularitas, atau kekayaan berlebihan.

Zeno dari Citium: Belajarlah Bersyukur atas Apa yang Dimiliki, Bukan Terjebak dalam Keinginan Tak Berujung

Bagi Epikuros, kebahagiaan justru ditemukan ketika manusia mampu mengendalikan keinginannya dan membebaskan diri dari tekanan eksternal maupun ketakutan batin.

Tidak Takut Mati, Tidak Takut Dewa

Pierre Hadot: Tantangan Hidup Adalah Cermin Pertumbuhan Diri

Salah satu ajaran paling berani dari Epikuros adalah bahwa kematian bukanlah sesuatu yang patut ditakuti. Menurutnya, ketika kita hidup, kematian belum ada. Dan saat kematian datang, kita sudah tidak lagi hidup. Maka, kematian bukan apa-apa bagi kita.

Epikuros juga memandang bahwa para dewa tidak campur tangan dalam urusan manusia. Ia tidak menolak eksistensi dewa, tetapi menganggap mereka sebagai makhluk sempurna yang hidup dalam kedamaian abadi dan tidak memiliki urusan dengan manusia. Ketakutan terhadap hukuman ilahi, menurutnya, hanyalah beban yang menyesatkan dan menimbulkan penderitaan yang tidak perlu.

Karya-Karya Terbaik Naval Ravikant: Filsuf Finansial yang Mengajarkan Cara Menjadi Kaya dan Bahagia

Dengan cara berpikir ini, Epikuros menawarkan pembebasan dari rasa takut, baik terhadap alam gaib maupun nasib buruk.

Alam Semesta, Jiwa, dan Atom

Halaman Selanjutnya
img_title