Aristoteles: Penata Logika, Etika, dan Dunia Nyata dalam Sistem Filsafat Terpadu

Aristoteles di Tengah Murid-muridnya (ilustrasi)
Sumber :
  • Handoko/Istimewa

Karya Nicomachean Ethics menampilkan etika Aristoteles sebagai teori kebahagiaan (eudaimonia) yang bersumber dari kebajikan (arete):

Socrates: Bukan Sekadar Hidup, tapi Hidup yang Baik yang Patut Dijunjung Tinggi

1.     Eudaimonia sebagai Tujuan Akhir
Kebahagiaan sejati bukan kesenangan sesaat, melainkan kehidupan yang dijalani sesuai kebajikan, bermanfaat bagi diri sendiri dan masyarakat.

2.     Kebajikan Moral dan Intelektual

Massimo Pigliucci: “Kebahagiaan Sejati Datang dari Menjalani Hidup yang Selaras dengan Nilai-Nilai”

o    Kebajikan moral (contoh: keberanian, kesederhanaan) terbentuk melalui kebiasaan.

o    Kebajikan intelektual (contoh: kebijaksanaan praktis, pemikiran teoritis) dikembangkan melalui pendidikan dan kontemplasi.

Massimo Pigliucci: “Berpikir Kritis adalah Fondasi dari Hidup yang Bijak”

3.     Doktrin Tengah (Golden Mean)
Kebajikan terletak di titik tengah antara dua ekstrem: misalnya, keberanian adalah tengah antara nekat dan pengecut; kemurahan hati berada di antara boros dan kikir.

Etika Aristoteles memadukan akal dan tindakan. Tujuan manusia bukan sekadar berpikir, tetapi menerapkan kebijaksanaan dalam kehidupan sehari-hari—membangun karakter, hubungan sosial, dan kepemimpinan yang bijak.

Halaman Selanjutnya
img_title