Plato dan Dunia Ide: Filsuf yang Menciptakan Dunia Lebih Nyata dari Nyata
- Image Creator/Handoko
Jakarta, WISATA – Dalam sejarah filsafat Barat, tak ada nama yang lebih berpengaruh selain Plato (427–347 SM). Melalui karya-karyanya, terutama dialog-dialog filosofis, Plato memperkenalkan konsep Dunia Ide (Theory of Forms) yang menegaskan bahwa realitas sejati terletak pada dunia non-fisik, sempurna, dan abadi. Dunia Ide ini, menurut Plato, “lebih nyata daripada nyata” yang kita rasakan sehari-hari. Artikel ini mengupas perjalanan hidup Plato, pembentukan Akademi, teori Dunia Ide, dan relevansinya di era modern.
Latar Belakang dan Pembentukan Akademi Athena
Plato lahir di keluarga bangsawan Athena. Awalnya ia mengikuti jejak pamannya, Socrates, dan terpesona oleh metode dialektik serta kegigihan sang guru menggali kebenaran melalui pertanyaan. Setelah kematian Socrates pada 399 SM, Plato memutuskan mengembara ke Mesir dan Italia, menimba ilmu Matematika dan geometri. Sekembali ke Athena sekitar 387 SM, ia mendirikan Akademi—lembaga pendidikan tinggi pertama di dunia Barat—yang berlokasi di sebuah kebun zaitun dekat Akademus.
Di Akademi, Plato mengajar murid-muridnya dengan dialog interaktif. Salah satu murid paling terkenal adalah Aristoteles, yang kemudian mengembangkan pemikiran tersendiri. Akademi menjadi pusat diskusi filsafat, matematika, dan sains, serta tempat lahirnya banyak teori yang memengaruhi pemikiran Barat hingga Abad Pertengahan dan Renaisans.
Konsep Dunia Ide: Realitas di Balik Bayangan
Dunia Indrawi vs Dunia Non-Fisik
Menurut Plato, dunia yang kita lihat, dengar, dan sentuh bersifat fana dan tidak sempurna. Segala benda di sekitar kita—meja, kursi, pohon—berubah, rusak, atau hilang. Namun, di balik semua itu, terdapat bentuk ideal (Form/Idea) yang abadi dan sempurna: Bentuk Meja, Bentuk Kebaikan, Bentuk Keadilan, dan sebagainya.