Plato dan Dunia Ide: Filsuf yang Menciptakan Dunia Lebih Nyata dari Nyata
- Image Creator/Handoko
- Keadilan (Justice) adalah bentuk ideal yang harus menjadi dasar negara dan masyarakat.
- Kebajikan (Virtue) adalah partisipasi jiwa dalam Bentuk Baik. Jiwa yang “mengetahui” Bentuk Baik akan hidup sesuai prinsip moral tertinggi.
Dalam “Republik”, Plato merancang negara ideal yang dipimpin oleh Raja-Filsuf (Philosopher King)—pemimpin yang memahami Dunia Ide, terutama Bentuk Kebaikan, sehingga dapat menata masyarakat dengan adil. Meskipun sistem ini sulit diwujudkan secara historis, gagasan tentang kepemimpinan berbasis kebijaksanaan tetap menginspirasi teori politik modern.
Kritik dan Perkembangan Pemikiran
Meski berpengaruh, teori Plato mendapat kritik dari muridnya sendiri, Aristoteles, yang menolak gagasan Bentuk terpisah dari objek. Aristoteles mengusulkan bahwa esensi terdapat dalam benda itu sendiri—hylemorphism—bukan di alam non-fisik. Perdebatan ini membentuk dua tradisi besar:
1. Platonisme – mendukung keberadaan bentuk ide yang independen.
2. Aristotelianisme – menekankan bentuk dan materi dalam satu kesatuan.
Kedua aliran ini terus bergulir dalam tradisi skolastik Abad Pertengahan dan hingga filsafat kontemporer. Bahkan di era Posmodernisme, diskursus tentang esensi dan representasi masih mengacu pada dialog Plato dan Aristoteles.