Friedrich Nietzsche: “Setiap Ide Revolusioner Dimulai sebagai Mimpi yang Dianggap Mustahil oleh Orang Lain.”
- Image Creator Grok/Handoko
Jakarta, WISANA - Friedrich Nietzsche, filsuf yang menantang norma-norma tradisional dan memprovokasi pemikiran modern, menyiratkan dalam kutipan ini bahwa landasan perubahan besar adalah kemampuan membayangkan sesuatu yang belum pernah ada. Mimpi, meski tampak utopis, adalah cikal bakal ide-ide revolusioner yang kemudian mengubah sejarah manusia.
Mimpi sebagai Awal Revolusi
Menurut Nietzsche, mimpi bukan sekadar pengingkaran terhadap realita, melainkan bentuk kreativitas tertinggi. Ketika seorang pemikir membayangkan kemungkinan baru—meski dikecam sebagai mustahil—ia sejatinya membuka ruang untuk meninjau ulang batas-batas yang dianggap suci. Revolusi intelektual dan sosial selalu bermula dari keberanian memimpikan dunia yang berbeda.
Paradigma dan Penolakan
Setiap masyarakat memiliki paradigma dominan—kerangka berpikir yang dijaga ketat oleh kebiasaan, institusi, dan otoritas. Ide-ide baru kerap dianggap ancaman, karena menuntut redistribusi kekuasaan dan merobohkan dogma lama. Nietzsche melihat bahawa penolakan ini menjadi bukti bahwa mimpi tersebut memiliki kekuatan. Semakin keras penentangan, semakin besar potensi ide itu mengubah tatanan.
Dari Mimpi Menjadi Kenyataan
Perjalanan mewujudkan mimpi tidak pernah linear. Ia membutuhkan proses pemurnian visi, perlawanan terhadap skeptisisme, dan aksi konkret. Nietzsche mendorong individu untuk tidak menyerah pada seribu alasan mengapa sesuatu tidak bisa terjadi. Sebaliknya, fokuslah pada rasa ingin tahu dan kegigihan mengubah pikiran saja menjadi perbuatan nyata.