Pythagoras dan Misteri Angka: Dari Matematika Menuju Spiritualitas

Pythagoras Filsuf dan Ilmuwan
Sumber :
  • Image Creator Grok/Handoko

Jakarta, WISATA - Pada abad ke-6 SM, sebuah komunitas rahasia di Krotona, Italia selatan, berkembang dengan ajaran bahwa angka bukan hanya alat hitung, melainkan kunci untuk memahami kosmos dan menapaki jalan spiritual. Sosok di balik gagasan revolusioner ini adalah Pythagoras, filsuf-pendiri Sekolah Pythagorean, yang hingga kini dikenal lewat teorema segitiganya. Namun, warisan Pythagoras jauh melampaui rumus matematika: ia meracik harmoni, etika, dan mistisisme dalam satu kesatuan angka. Artikel ini mengulas bagaimana Pythagoras membuka tabir misteri angka, memadukan rasio matematis dengan jalan kebajikan dan spiritualitas.

Plato dan Kecantikan Sejati: Api yang Membakar Keinginan Duniawi

Latar Belakang: Munculnya Sekolah Pythagorean

Pythagoras lahir di Pulau Samos sekitar tahun 570 SM dan bermigrasi ke Krotona. Kota pelabuhan ini menjadi tempat bertemunya pedagang, cendekiawan, dan pengelana—suatu ekosistem intelektual yang subur. Di sinilah Pythagoras mendirikan komunitas tersembunyi: anggotanya tidak hanya menimba ilmu matematika dan musik, tetapi juga mempraktikkan gaya hidup disiplin dan moralitas tinggi.

Plato dan Makna Cinta: Saat Jiwa Mengenali Dirinya Sendiri

Sekolah Pythagorean bersifat esoteris: ajaran inti hanya diajarkan kepada anggota senior, sedangkan yang baru menerima pengantar dasar. Makanan vegetarian, pantangan membunuh hewan, serta ritual puasa dan meditasi menjadi bagian tak terpisahkan dari latihan spiritual mereka. Di antara murid-muridnya, kepercayaan bahwa angka memengaruhi seluruh aspek kehidupan tersebar dengan cepat, menciptakan aura misterius yang melekat pada nama Pythagoras.

Rasio dan Harmoni: Angka dalam Musik

25 Kutipan Terbaik Plato yang Diambil dari Phaedrus dan Keindahan Jiwa

Salah satu penemuan paling spektakuler Pythagoras adalah hubungan matematis dalam bunyi musik. Dikisahkan, ia mengamati pandai besi di bengkel berdekatan menciptakan irama ketika memukul landasan dengan palu berbeda ukuran. Dari situ, Pythagoras mengukur rasio panjang tali dawai yang menghasilkan oktaf, kuint, dan kuart:

  • Oktaf (2:1): Jika tali dawai dibelah dua, bunyi yang dihasilkan terdengar sama, namun lebih tinggi satu oktaf.
  • Kuint (3:2): Rasio 3:2 menciptakan interval harmonis yang enak di telinga.
  • Kuart (4:3): Rasio 4:3 menghasilkan interval yang tenang dan serasi.
Halaman Selanjutnya
img_title