Anak Seorang Regent, Jiwa Seorang Pembaharu: Masa Kecil Kartini di Tengah Adat Jawa
- Bicara Tokoh
“Perempuan juga punya akal dan hati. Mengapa kita diperlakukan seperti budak adat?”
Dengan kelembutan yang penuh keyakinan, Kartini perlahan merangkul adik‑adik dan teman sebayanya:
1. Mengajak adik belajar di ruang tamu setelah seharian menjalani rutinitas adat.
2. Menjelaskan arti kesetaraan: bahwasanya persamaan hak bukan sekadar teori, melainkan jalan menuju kemajuan.
3. Mendorong keberanian: ia meyakinkan teman‑temannya untuk mengutarakan pendapat meski suara kecil mereka dihalangi dinding adat.
Dukungan Sang Ayah—Setelah Pertarungan Batin
Awalnya Regent Jepara menolak keras permintaan Kartini untuk “belajar lebih luas” atau berkomunikasi bebas dengan orang Belanda. Namun, menurut Marie, cinta ayah terhadap Kartini amat besar. Melalui sabar, sopan, dan argumentasi logis, Kartini akhirnya mengundang rasa kagum ayahnya: