Kisah Pengetahuan dan Kekuasaan: Konflik Abad Pertengahan dalam Novel Umberto Eco

The Name of the Rose
Sumber :
  • Tangkapan layar

Eco dengan cerdas menggambarkan ketegangan antara agama dan ilmu pengetahuan dalam konteks abad pertengahan. Gereja, yang pada masa itu memiliki kendali penuh atas pendidikan dan literasi, sering kali memandang ilmu pengetahuan sebagai sesuatu yang subversif. Buku-buku yang membahas topik-topik seperti sains, filsafat, atau bahkan humor, dianggap bisa merusak moralitas masyarakat.

IMLEK: Lampion Bertaburan di Penjuru Kota Semarang, Jelang Imlek

Dalam novel ini, buku terlarang yang menjadi sumber konflik adalah karya Aristoteles tentang komedi. Jorge dari Burgos percaya bahwa humor adalah sesuatu yang berbahaya, karena dapat melemahkan rasa hormat terhadap otoritas, termasuk otoritas gereja. Perspektif ini mencerminkan bagaimana gereja pada masa itu sering kali menggunakan ketakutan sebagai alat untuk menjaga kekuasaannya.

Biara sebagai Metafora Kekuasaan

JAKARTA: Libur Panjang, Festival Bandeng Rawa Belong Siap Digelar, 27-28 Januari 2025

Biara dalam The Name of the Rose bukan hanya tempat fisik, tetapi juga metafora dari sistem kekuasaan yang mengekang pengetahuan. Perpustakaan di biara tersebut, yang dirancang seperti labirin, menggambarkan bagaimana akses terhadap pengetahuan dikontrol dengan ketat. Hanya sedikit orang yang diizinkan masuk, dan bahkan mereka yang diizinkan harus mematuhi aturan yang sangat ketat.

Labirin ini juga menjadi simbol dari pencarian kebenaran yang penuh tantangan. Bagi William dari Baskerville, mengungkap misteri di balik pembunuhan dan buku terlarang adalah seperti mencoba menavigasi labirin yang penuh jebakan, baik secara fisik maupun intelektual.

IMLEK: Lampion Khas Imlek di Solo, Wujud Toleransi dan Harmoni Antarumat

Perspektif Unik Umberto Eco

Salah satu hal yang membuat The Name of the Rose begitu menarik adalah perspektif unik yang ditawarkan oleh Umberto Eco sebagai seorang akademisi. Eco tidak hanya menulis cerita yang memikat, tetapi juga memasukkan elemen-elemen filsafat, sejarah, dan semiotika ke dalam narasi. Hal ini memberikan pembaca pengalaman membaca yang lebih kaya dan mendalam.

Halaman Selanjutnya
img_title