Kisah Pengetahuan dan Kekuasaan: Konflik Abad Pertengahan dalam Novel Umberto Eco
- Tangkapan layar
Novel The Name of the Rose karya Umberto Eco adalah sebuah mahakarya yang bukan sekadar cerita misteri, tetapi juga sebuah eksplorasi mendalam tentang hubungan antara agama, ilmu pengetahuan, dan kekuasaan pada abad pertengahan. Bagaimana konflik ini terungkap dalam konteks cerita?
Jakarta, WISATA - Abad pertengahan sering digambarkan sebagai periode di mana gereja memiliki pengaruh yang sangat besar terhadap kehidupan masyarakat. Pada masa ini, gereja tidak hanya menjadi pusat spiritual, tetapi juga pusat kekuasaan yang menentukan apa yang boleh dan tidak boleh dipelajari. Pengetahuan dianggap berbahaya jika bertentangan dengan doktrin gereja, dan buku-buku yang dianggap "terlarang" sering kali dihancurkan atau disembunyikan dari publik.
Dalam novel The Name of the Rose, Umberto Eco membawa pembaca ke sebuah biara Benediktin pada abad ke-14, di mana konflik antara pengetahuan dan kekuasaan menjadi inti dari cerita. Eco, seorang filsuf sekaligus ahli semiotika, menggunakan latar ini untuk menggambarkan bagaimana gereja sering kali menggunakan kekuasaan untuk mengendalikan akses terhadap ilmu pengetahuan.
Pengetahuan sebagai Kekuatan dan Bahaya
Salah satu elemen kunci dalam cerita ini adalah sebuah buku terlarang yang diyakini mengandung pengetahuan yang dapat mengubah cara berpikir seseorang. Buku ini menjadi pusat konflik, karena dianggap berbahaya bagi tatanan gereja yang sudah mapan. Dalam konteks ini, Eco menggambarkan bagaimana pengetahuan bisa menjadi kekuatan yang luar biasa, tetapi juga ancaman yang menakutkan bagi pihak yang berkuasa.
William dari Baskerville, karakter utama dalam novel, mewakili sisi rasionalitas dan logika. Sebagai seorang biarawan yang juga memiliki latar belakang sebagai seorang penyelidik, William mencoba mengungkap misteri pembunuhan yang terjadi di biara tersebut. Di sisi lain, Jorge dari Burgos, seorang biarawan tua yang sangat konservatif, melambangkan pandangan gereja yang ingin melindungi doktrin mereka dari apa yang mereka anggap sebagai ancaman pengetahuan.
Agama dan Ilmu Pengetahuan: Ketegangan yang Abadi