"Apakah Aku Seekor Kutu atau Seorang Manusia?" Pergulatan Eksistensial Dostoevsky yang Relevan Sepanjang Masa
- Image Creator/Handoko
Jakarta, WISATA - Fyodor Dostoevsky, melalui mahakaryanya Crime and Punishment, menyelami kedalaman jiwa manusia dengan pertanyaan-pertanyaan yang mengguncang. Salah satu kutipan paling terkenal dari protagonisnya, Rodion Raskolnikov, berbunyi: "Apakah aku seekor kutu seperti semua orang, atau seorang manusia? Akankah aku bisa melampaui batas-batas yang telah ditentukan?" Kutipan ini menjadi simbol konflik batin yang dialami banyak individu: keraguan akan potensi diri dan perjuangan untuk menemukan makna hidup.
Dalam artikel ini, kita akan mengeksplorasi makna mendalam dari pertanyaan Raskolnikov, bagaimana relevansinya dalam kehidupan modern, dan mengapa pencarian jati diri tetap menjadi tema universal yang penting hingga saat ini.
Konflik Batin dalam Diri Manusia
Pertanyaan yang diajukan Raskolnikov bukanlah sekadar renungan biasa. Ia mewakili perasaan manusia yang sering kali terbelah antara dua ekstrem: menerima keterbatasan sebagai bagian dari kondisi manusia atau berusaha melampaui batas yang telah ditentukan oleh masyarakat, norma, atau bahkan takdir.
Dalam novel, Raskolnikov bergumul dengan konsep moralitas. Ia mencoba membuktikan bahwa ia berada di atas hukum manusia dengan melakukan pembunuhan terhadap seorang rentenir tua yang dianggapnya tidak bermoral. Namun, alih-alih menemukan kebebasan, ia justru terjebak dalam rasa bersalah dan kekacauan batin.
Konflik ini menggambarkan dilema yang tak lekang oleh waktu: bagaimana seseorang mendefinisikan dirinya sendiri? Apakah kita menerima apa adanya, ataukah kita mencoba melampaui batas yang kita anggap membatasi?
Relevansi dalam Dunia Modern