Ibnu Sina dan Aristoteles: Filosofi Yunani dalam Perspektif Islam

Aristoteles dan Ibnu Sina (ilustrasi)
Sumber :
  • Image Creator Bing/Handoko

Ibnu Sina mengambil pendekatan kritis terhadap beberapa gagasan Aristoteles. Misalnya, ia berbeda pendapat tentang hubungan antara jiwa dan tubuh. Dalam filsafat Aristoteles, jiwa dianggap sebagai bentuk tubuh. Namun, Ibnu Sina memperkenalkan gagasan bahwa jiwa manusia bersifat abadi dan tidak bergantung sepenuhnya pada tubuh, sesuai dengan ajaran Islam tentang kehidupan setelah mati.

Kebajikan Bukanlah Anugerah, Melainkan Hasil dari Latihan Berkesinambungan

Selain itu, Ibnu Sina memperluas pandangan Aristoteles tentang sebab-akibat dengan memperkenalkan hierarki eksistensi, di mana Tuhan adalah sebab pertama dari segala sesuatu. Gagasan ini menjadi dasar bagi banyak filsuf Muslim setelahnya, termasuk Al-Ghazali dan Ibnu Rusyd.

Relevansi Pemikiran Ibnu Sina dan Aristoteles di Era Modern

25 Kutipan dan Pesan Socrates tentang Kebahagiaan: Renungan Filsafat untuk Jiwa Modern

Warisan intelektual Ibnu Sina, yang menggabungkan Aristoteles dan Islam, masih relevan hingga saat ini. Dalam dunia kedokteran, Al-Qanun fi Al-Tibb dianggap sebagai salah satu buku medis paling berpengaruh hingga abad ke-17. Di bidang filsafat, pendekatannya terhadap metafisika dan epistemologi memberikan dasar bagi diskusi tentang hubungan antara ilmu pengetahuan dan agama.