Aristoteles dan Islam: Perjalanan Panjang Ide-ide Revolusioner

Aristoteles dan Al-Ghazali (ilustrasi)
Sumber :
  • Image Creator Bing/Handoko

Jakarta, WISATA - Dari Yunani kuno hingga dunia Islam pada Zaman Keemasan, pemikiran Aristoteles telah menempuh perjalanan yang panjang dan penuh transformasi. Filsafatnya, yang dianggap revolusioner di masanya, diterjemahkan, dikomentari, dan diadaptasi oleh para cendekiawan Muslim, menciptakan landasan bagi perkembangan ilmu pengetahuan dan filsafat di dunia Islam dan Barat.

Mengenal 20 Filsuf Besar Sepanjang Sejarah dan Gagasan Besarnya yang Mengubah Dunia

Aristoteles: Sang Bapak Logika

Aristoteles mewariskan metode berpikir yang sistematis melalui logika silogistik. Metode ini digunakan untuk memahami dunia dengan cara yang rasional dan terstruktur. Dalam bukunya, Organon, ia menjelaskan bagaimana manusia dapat menggunakan akal untuk menemukan kebenaran.

Mencari Makna Kekayaan Sejati ala Epikuros: Hidup Sesuai dengan Alam, Bukan Melampaui Batas Kebutuhan

Namun, gagasan Aristoteles tidak langsung diterima oleh dunia Islam. Pada awalnya, tradisi Islam lebih berfokus pada ajaran Al-Qur'an dan hadits. Ketika dunia Islam mulai bersentuhan dengan filsafat Yunani melalui proses penerjemahan pada masa Abbasiyah, karya-karya Aristoteles mendapatkan perhatian khusus.

Baitul Hikmah: Gerbang Menuju Pemikiran Yunani

"‘Saya Tahu Bahwa Saya Tidak Tahu’: Makna Mendalam di Balik Ketulusan Intelektual Socrates"

Pada abad ke-8, Baghdad menjadi pusat intelektual dunia melalui pendirian Baitul Hikmah. Di sinilah karya-karya Aristoteles diterjemahkan ke dalam bahasa Arab oleh tokoh-tokoh seperti Hunayn ibn Ishaq dan Al-Kindi. Para filsuf Muslim melihat nilai dalam pemikiran Aristoteles, terutama dalam logika dan metafisika, sebagai alat untuk memahami wahyu dan alam semesta.

Integrasi Aristoteles dalam Tradisi Islam

Halaman Selanjutnya
img_title