Plato: "Musik memberi jiwa pada alam semesta, sayap pada pikiran, dan kehidupan pada segala sesuatu."

Plato Fisuf Yunani Kuno
Sumber :
  • Image Creator/Handoko

Jakarta, WISATA - Plato bukan hanya dikenal sebagai filsuf besar yang mendirikan Akademi pertama di dunia Barat, tetapi juga sebagai sosok yang sangat menghargai peran seni, khususnya musik, dalam membentuk jiwa manusia. Kutipan ini — "Musik memberi jiwa pada alam semesta, sayap pada pikiran, dan kehidupan pada segala sesuatu." — adalah bukti bahwa baginya, musik bukan sekadar hiburan, melainkan bagian integral dari eksistensi dan pendidikan manusia.

Zeno dari Citium: "Kuatkan Batinmu agar Hidup Menyakiti Sesedikit Mungkin"

Melalui kata-kata ini, Plato menyampaikan sebuah gagasan mendalam: bahwa musik memiliki kekuatan transendental. Ia tidak hanya menggugah perasaan, tetapi juga menyentuh hakikat terdalam dari realitas dan pikiran manusia. Dalam dunia filsafatnya yang kompleks, musik adalah jembatan antara dunia fisik yang tampak dan dunia ide yang kekal.

Musik dan Jiwa: Harmoni dalam Kosmos

Zeno dari Citium: “Keborosan Adalah Penghancur Dirinya Sendiri”

Plato percaya bahwa seluruh alam semesta bergerak dalam harmoni. Konsep ini tertuang dalam pemikirannya tentang Musica Universalis atau "musik sfera", yaitu keyakinan bahwa planet-planet dan bintang-bintang menghasilkan harmoni melalui gerakannya — harmoni yang tak terdengar oleh telinga manusia, tetapi selaras dengan rasio kosmis.

Dalam pandangan ini, musik menjadi representasi paling nyata dari keteraturan dan keindahan kosmos. Ketika seseorang mendengarkan musik yang harmonis, ia sebenarnya sedang menyatu dengan tatanan alam semesta. Musik menjadi energi yang memberi kehidupan dan makna pada dunia, serta membimbing jiwa menuju keseimbangan dan pencerahan.

Zeno dari Citium: “Tak Ada yang Lebih Merusak Pemahaman daripada Penipuan Diri Sendiri”

Sayap pada Pikiran: Musik dan Intelektualitas

Plato tidak memisahkan antara musik dan pemikiran. Baginya, musik adalah sarana untuk mendidik pikiran, bukan hanya perasaan. Dalam dialog The Republic, ia menegaskan bahwa pendidikan musik yang baik dapat menumbuhkan rasa keadilan dan kebijaksanaan, sedangkan musik yang buruk bisa merusak moral dan logika.

Halaman Selanjutnya
img_title